Ramainya Majalah Ibu, Bayi dan Balita

Monday, December 24, 2007

Saya melakukan pengamatan di kios-kios majalah, bahwa setahun terakhir ini cukup banyak beredar majalah dengan segmen pembaca ibu-ibu yang sedang hamil, menyusui, maupun yang sedang punya anak balita- selanjutanya saya sebut majalah ibu, bayi & balita. Dari pengamatan saya, saat ini tidak hanya ada majalah AyahBunda, namun juga ada majalah Mother&Baby, Parents Indonesia, Parents Guide, InspireKids, dan lain-lain. Selain itu ada juga yang berbentuk tabloid seperti tabloid Mom&Kiddie. (Ada yang tahu berapa oplah masing-masing majalah itu ? ). Khusus untuk majalah, saya amati ternyata kios-kios majalah -terutama di mal- menyediakan jumlah stock yang cukup banyak untuk majalah-majalah ibu bayi & balita tersebut. Dan menurut informasi yang saya dapat, majalah-majalah itu cukup laku meskipun kisaran harga yang ditawarkan termasuk lumayan yaitu antara Rp.20.000 - Rp.30.000.

Dengan meningkatnya taraf pendidikan dan ekonomi sebagian masyarakat perkotaan, memang saat ini ibu dan calon ibu tidak hanya mengandalkan pengalaman dari keluarga dan orang tua mereka dalam melewati masa-masa kehamilan dan mengasuh anak. Tetapi mereka berupaya mencari sumber-sumber informasi yang lebih ilmiah ataupun lebih kredibel. Majalah-majalah itu adalah jawaban yang muncul di saat yang tepat dan cerdik membidik segmen market yang potensial. Meskipun ditawarkan dengan harga lumayan mahal, tapi pada prinsipnya orang tua dan calon orang tua rela mengeluarkan biaya mahal demi kesehatan (ibu hamil dan balita) maupun untuk belajar mengenai pola asuh yang tepat bagi anak mereka.

Majalah-majalah itupun mampu mendulang banyak iklan dari berbagai produk yang sesuai seperti susu ibu hamil, susu anak, suplemen, baju bayi & balita, mainan, toko ibu & bayi, dan lain-lain. Ibu (dan ayah) yang sedang menantikan kelahiran anaknya maupun sedang mengasuh anak bayi & balita memang merupakan target market yang potensial bukan hanya buat majalah, namun juga bagi berbagai produk seperti yang saya sebut sebelumnya. Dan yang lebih penting, mereka mau mengeluarkan uang banyak untuk membeli produk-produk itu (bila mampu) ! Sudah pernah belanja baju bayi di mothercare ? beli baju anak di NextKid ? atau pernah tahu berapakah harga imunisasi IPD ? Memang disitulah market potensial berada, kalangan berpendidikan di perkotaan terutama di kelas ekonomi menengah ke atas.

What do you think ?

posted by Andrias Ekoyuono ( andri )
for Inspirasi dan Studi Kasus Marketing Indonesia
picture taken from here

Baca artikel ini selengkapnya ...

Selamat Jalan Basuki

Thursday, December 13, 2007

Tadi malam saat perjalanan pulang dari kantor sambil mendengarkan Iradio ada berita duka cita meninggalnya pelawak Basuki, salah seorang maestro lawak dari Srimulat. Berita itu cukup mengejutkan karena memang tidak pernah terdengar berita sakit. Ternyata dia meninggal di RS Meilia Cibubur setelah sebelumnya pingsan sehabis bermain futsal di MFutsal Jl Alternatif Cibubur (daerah deket rumah saya juga). Turut berduka cita, semoga arwahNya diterima Yang Kuasa.

Basuki adalah salah satu sosok yang sering muncul sebagai bintang iklan TV. Sudah banyak sekali iklan TV yang dia bintangi seperti Antangin JRG ("wes hewes hewes bablas angine"), Suzuki Shogun, Sozzis ("langsung makleb"), Polytron, dan masih banyak lagi, termasuk iklan-iklan yang dia bintangi bersama keluarga si Doel. Di kalangan marketer, Basuki dikenal sebagai bintang iklan yang mampu memberikan efek positif bagi penjualan produk yang iklannya dia bintangi. Selain itu, dia juga kooperatif dalam proses produksi iklan dan sering memberi masukan agar iklannya bisa lebih baik. Bahkan kabarnya ada tagline yang merupakan ide dari Basuki, CMIIW. Sehingga kehilangan Basuki juga adalah sebuah kehilangan bagi dunia marketing Indonesia.

Selamat jalan Basuki !


posted by Andrias Ekoyuono ( andri )
for Inspirasi dan Studi Kasus Marketing Indonesia

picture taken from here

Baca artikel ini selengkapnya ...

Perang Lewat Iklan TV

Tuesday, December 04, 2007

Saat ini lagi seru-serunya perang lewat iklan TV. Coba perhatikan iklan TV ( TVC ) berbagai operator seluler akhir-akhir ini, atau TVC Yamaha Mio yang meledek kompetitornya, ataupun yang terbaru iklan TVC Bintangin yang seakan menantang Tolak Angin. Namun TVC di Indonesia masih dibatasi etika dimana tidak boleh menunjuk secara langsung lawan yang "diserang", tapi itulah yang membuat dunia kreatif TVC lebih menarik.

Tapi, "Perang" melalui TVC di belahan dunia lain bisa dilihat di contoh dibawah ini



posted by Andrias Ekoyuono ( andri )
for Inspirasi dan Studi Kasus Marketing Indonesia
video taken from here

Baca artikel ini selengkapnya ...

Shanty - Unbreakable

Wednesday, November 28, 2007

Tak ada yang patahkan semangatku
tekadku kuat jiwaku mantap
meski hariku kelabu
ku kembali ceria karenamu

sejak kau ada di hidupku
bersinar seindah mentari

Unbreakable..Unbreakable..
kau kuatkan diriku
begitu indah siapa yang memandangnya
Unbreakable..Unbreakable..
kau kuatkan diriku
kau berikanku semangat jiwa ini

selalu ada senyum di hatiku
selalu yakin dengan awal yang baru
meski badai datang mengganggu
tak kubiarkan semangatku layu

saat kau berikan kekuatan
dan keyakinan…

Unbreakable..Unbreakable..
kau kuatkan diriku
begitu indah siapa yang memandangnya
Unbreakable..Unbreakable..
kau kuatkan diriku
kau berikanku semangat jiwa ini


Itulah lirik dari lagu terbaru Shanty yang berjudul "Unbreakable" yang terdapat dalam album terbaru Shanty yang bertajuk "9907". Menariknya, lagu "Unbreakable" ini juga merupakan lagu tema dari kampanye "Sunsilk Unbreakable Women" dari Unilever. "Unbreakable" bukan sekedar jingle iklan, namun memang semenjak dari awal didesain untuk terintegrasi dengan kampanye dari Sunsilk terutama dalam peluncuran Sunsilk Hair Fall Solution yang dapat mencegah rambut patah alias menjadikan rambut unbreakable !. Strategi ini mirip dengan kolaborasi yang dilakukan antara Softex dengan Ada Band dengan lagu "Karena Wanita Ingin Dimengerti".

Kolaborasi antara penyanyi dan brand seperti itu memang menguntungkan bagi keduanya, karena pemilik brand bisa mendapatkan lagu dan brand ambassador yang tepat, serta penyanyi mendapatkan support besar bagi promo albumnya (tentunya selain bayaran yang bagus :-) ). Pemilik brand juga mengharapkan bahwa lagu itu dapat dinikmati oleh para pecinta musik, seperti pada lagu "Karena Wanita Bisa Dimengerti" yang cukup sukses dan sering direquest di radio atau diputar di TV. Dengan diputarnya lagu tersebut di media elektronik, maka brand pun mendapat keuntungan berupa exposure yang luas karena lagu itu sudah terasosiasi dengan brand tersebut. Belum lagi ditambah keuntungan pasang iklan "gratis" berupa pemutaran lagu di radio/TV karena request pendengar/pemirsa.

Namun ada hal penting yang mesti diingat bagi brand-brand yang hendak melakukan strategi serupa, yaitu masalah kejelian memilih lagu. Karena strategi ini akan sangat efektif apabila lagu yang dipilih itu disukai oleh masyarakat, khususnya target marketnya. Karena dengan disukainya lagu itu, maka mereka akan sukarela membeli CD/kasetnya, mendengarkan lagunya, atau merequest lagu itu untuk diputar di radio sehingga strategi ini akan berhasil mendongkrak awareness.

What do you think ?

Posted by Andrias Ekoyuono ( andri )
for Inspirasi dan Studi Kasus Marketing Indonesia
Picture taken from here

Baca artikel ini selengkapnya ...

Kotak Tissue

Monday, November 19, 2007

Berikut ini ada pertanyaan dari Bu Susi, salah satu pembaca blog ini

Usaha saya adalah supplier tissue untuk Rumah makan & Restoran. Dan kebanyakan mereka minta disediakan kotak tempat tissue. Apa bisa dari pihak perusahaan rokok menediakan kotak tissue-nya. Kebetulan saya pernah lihat ada beberapa produk misalnya SOSRO menyediakan kotak tissue. Apa bisa saya disponsori. Mohon informasi dan syaratnya. Terima kasih.


Memang banyak perusahaan consumer goods seperti rokok atau minuman yang menyediakan gimmick berupa kotak tissue, asbak, kotak tusuk gigi, dan hal semacamnya di restoran. Gimmick tersebut bisa saja dikaitkan dengan perjanjian eksklusifitas produk (tidak boleh menjual produk kompetitor disitu), hadiah karena mencapai nilai sales tertentu, kompensasi atas dominannya product display di outlet tersebut, ataupun barang tersebut hanya sekedar display di PoP (Point of Purchase) untuk mempengaruhi keputusan pembelian tanpa kompensasi apapun dari pihak outlet/restoran, bahkan ada yang harus membayar ke pihak outlet karena dianggap sebagai bagian dari pemanfaatan lahan promosi.

Nah untuk bu Susi sebagai supplier tissue, saya rasa tidak usah repot-repot mencari sponsor. Namun lebih baik bu Susi buat saja kotak tissue dan dibagikan kepada restoran-restoran yang mengambil tissue dari bu Susi. Bisa saja kotak itu diberikan tanpa perjanjian apapun, atau bu Susi bisa memberikan kotak itu apabila restoran mengambil tissue senilai sekian rupiah tiap bulan (yang bisa dituangkan dalam kontrak). Namun saya rasa nilai kotak tissue tidak seberapa, anggap saja itu bagian dari discount yang bu Susi berikan kepada konsumen dan sebagai bagian menjaga hubungan baik dengan konsumen. Tentu saja hitung-hitungan finansialnya jangan sampai rugi. Atau kalau mau, bu Susi bisa minta sponsor dari principal tissue yang bu Susi jual.

posted by Andrias Ekoyuono ( andri )
for Inspirasi dan Studi Kasus Marketing Indonesia
picture taken from
here

Baca artikel ini selengkapnya ...

Airport Transfer dari Telkomsel Priority

Tuesday, November 13, 2007


Di industri service, sudah jamak melakukan pemanjaan terhadap konsumen yang berbelanja dalam jumlah besar secara teratur ataupun -kalau di bank- menyimpan dalam jumlah besar. Dari situlah muncul istilah preferred customer yang harus dilayani khusus karena memberikan kontribusi besar pada bisnis, karena bisnis service umumnya memiliki konsep Pareto 80-20 dimana 80% nilai sales disumbang oleh 20% customer (bahkan bisa 90-10). Dari situlah mengapa muncul Garuda Frequent Flyer, Bank Mandiri Prioritas, BCA Prioritas, dan lain-lain.

Telkomsel Priority merupakan penerapan hal itu. Setelah sebelumnya hanya untuk pelanggan kartu pasca bayar (HaloClub), maka saat ini Telkomsel Priority juga bisa dinikmati pelanggan kartu prabayar (Simpati dan As), detailnya seperti diungkapkan oleh VP Marketing & CRM Telkomsel yang dikutip oleh KCM yaitu ada 2 macam keanggotaan yaitu Gold untuk rata-rata penggunaan rp. 1 juta - rp. 3 juta / bulan selama 6 bulan berturut-turut, dan Platinum untuk penggunaan diatas rp. 3 juta / bulan selama 6 bulan berturut-turut.

Salah satu layanan yang bisa dinikmati oleh anggota Telkomsel Priority adalah Airport Transfer, dimana -seperti saya baca di majalah komunitas Telkomsel Priority- pelanggan di wilayah jabodetabek dapat menikmati fasilitas jemputan ke Bandara Soekarno-Hatta sekali sebulan. Meskipun layanan ini nantinya mungkin jarang dimanfaatkan oleh pelanggan, namun ide layanan Airport Transfer ini mungkin belum ada di operator lain, sehingga cukup membuat anggota Telkomsel Priority merasa dimanjakan.

Memang menjaga customer kelas kakap diperlukan perhatian dan inovasi ekstra, karena dari merekalah sebagian besar bisnis perusahaan dapat berjalan. Namun perlu juga diperhatikan, pemanjaan konsumen tetap harus dalam kerangka perhitungan finansial yang tepat, agar tidak merugikan perusahaan, betul kan ?

What do you think ?

posted by andrias ekoyuono ( andri )

for Inspirasi dan Studi Kasus Marketing Indonesia
picture taken from majalah komunitas Telkomsel Priority

Baca artikel ini selengkapnya ...

Sosropun Mengeluarkan JoyTea Green Tea

Monday, November 12, 2007

Sosro sebagai "ahlinya teh" tentu mengamati dengan seksama bahwa Sosro Green-t miliknya tidak mampu menandingi sepak terjang Nu Green Tea dan Zestea di market green tea. Padahal pangsa pasar green tea cukup besar dan menjanjikan seiring semakin larisnya produk sehat di masyarakat modern.

Dengan perhitungan yang menurut saya cukup cermat, Sosro meluncurkan JoyTea Green Tea. Tidak seperti para kompetitornya, kali ini Sosro meluncurkan JoyTea dalam kemasan botol seperti laiknya Teh Botol Sosro. Gerakan ini saya katakan cukup cermat karena dengan kemasan botol maka JoyTea bisa didistribusikan sejajar dengan Teh Botol Sosro yang sudah merata dan mudah didapatkan oleh konsumen.

Selain itu dengan hadir dalam kemasan botol yang dapat dikembalikan (RTD), maka JoyTea akan dapat dijual dengan harga yang murah, kalau tidak salah akan dijual dengan harga sama dengan Teh Botol Sosro. Maka JoyTea akan menjadi pilihan menarik bagi penikmat green tea. Tinggal sekarang bagaimanakah rasa dan kualitas Joy Tea ini ? Apakah cukup disuka oleh konsumen kita sehingga akan kembali membeli Joy Tea ? Let's see

Namun dari sini kita dapat memetik pelajaran bahwa reaksi terhadap persaingan akan lebih bermanfaat apabila dengan memanfaatkan kekuatan kita, artinya tidak harus dilawan dengan apple to apple, namun bisa dilakukan dengan modifikasi kemasan dan pemanfaatan kekuatan distribusi seperti halnya yang dilakukan Sosro dengan Joy Teanya.

What do you think ?

posted by andrias ekoyuono ( andri )
for Inspirasi dan Studi Kasus Marketing Indonesia

Baca artikel ini selengkapnya ...

Kompetitor Menawarkan Harga Lebih Rendah, Apa Tindakan Kita ?

Wednesday, November 07, 2007

Kompetisi yang ketat menghadirkan berbagai ide strategi sebagai respon terhadap gerakan kompetitor. Salah satu hal yang cukup memusingkan adalah adanya kompetitor yang menawarkan harga yang lebih rendah dibanding harga yang kita tawarkan ke konsumen. Karena prinsip value for money yang cukup populer di konsumen Indonesia, maka harga yang lebih rendah bisa memicu perpindahan konsumen ke kompetitor. Apa yang harus kita lakukan ?

Ada berbagai cara menghadapinya, namun Michael Treacy menawarkan 4 pendekatan yang menurut saya cukup mudah untuk kita pahami, meskipun pelaksanaannya tidaklah mudah.

1. Lower Your Prices

Ikut menurunkan harga adalah salah satu pilihan yang dapat diambil. Pilihan ini bisa diambil dengan melakukan efisiensi cost sehingga profit margin tidak terpangkas, ataupun pengurangan harga karena kita merelakan pemotongan profit margin. Tentu saja pilihan ini beresiko akan terjadinya price war.

2. Build A Uniquely Superior Product

Produk yang memiliki keunggulan rasional (misal : keunggulan kualitas) maupun emosional (misalnya: keunggulan gengsi) terhadap produk kompetitor bisa tetap tak terusik dengan hadirnya kompetitor yang menawarkan harga lebih rendah. Misalnya meskipun banyak motor yang lebih murah, tapi motor Harley Davidson yang bergengsi tetap saja laku. Ataupun motor Jepang tetap lebih laku karena kualitasnya lebih bagus daripada kebanyakan motor Cina yang lebih murah.

3. Create A Hassle-Free Experience

Produk yang lebih mudah didapatkan/dibeli atau lebih mudah digunakan akan tetap dipilih oleh konsumen meskipun harganya lebih mahal. Contohnya adalah Mie Instan lebih mudah dimasak, makanya konsumen perorangan lebih suka membeli Mie Instan daripada membeli Mie Telor mentah meskipun harga Mie Instan bila dikalkulasi lebih mahal daripada Mie Telor.

4. Take Ownership of The Customer's Result

Dukungan bagi konsumen atas hasil penggunaan produk kita akan membuat konsumen rela membayar lebih mahal, karena mereka akan merasa lebih mendapatkan garansi atas hasil yang mereka cari. Dukungan itu misalnya berupa training ataupun support terhadap masalah selama penggunaan produk.


Nah dari 4 pilihan yang digambarkan oleh Michael Treacy tersebut, maka kita bisa mengambil pilihan atas langkah apa yang mesti kita ambil dalam menghadapi kompetitor yang menawarkan harga lebih rendah. Pilihan-pilihan itu tentu diambil dengan terlebih dahulu melakukan analisa yang mendalam terhadap market, kompetitor-kompetitor, dan juga kekuatan dan kelemahan kita sendiri. Bisa juga pilihan strategi yang diambil bukan cuma 1, tetapi bisa juga 2 strategi dari 4 pilihan tersebut.

Namun yang perlu diingat, apapun langkah yang kita ambil, maka langkah itu harus tetap dievaluasi dan diadaptasi, karena pasti kompetitor tidak akan tinggal diam dengan reaksi kita.

What do you think ?

Posted by Andrias Ekoyuono ( andri )
Picture taken from here

Baca artikel ini selengkapnya ...

Pelajaran Dari Microsoft

Thursday, November 01, 2007

Microsoft adalah perusahaan yang boleh dibilang benar-benar menerapkan strategi marketing yang textbook. Salah satunya tentang bagaimana menghadapi kompetitor-kompetitor mereka yaitu kenali kekuatan sendiri dan kompetitor, kemudian putuskan dimanakah keunggulan atas kompetitor, di keunggulan itulah kita mesti "berperang" dengan kompetitor.

Berikut ini ada penjelasan dari Ryan Kubacki, bekas executive Microsoft yang sekarang menjadi president di Holden International, yang menerangkan tentang bagaimana Microsoft bereaksi terhadap Linux ketika Linux hadir di market :

"When I was Microsoft's business marketing officer for the U.S. central region, [CEO Steve] Ballmer drafted me to work on the company's Linux strategy. When Linux first became big news, there was a perception in the market that because it was free, it was therefore a better deal than Windows. Since this was a direct assault on Microsoft's business model, we build a team of experienced market research and messaging people, including a guy who had been one of Bill Clinton's advisors during the Lewinsky scandal.

"The team polled around 6,000 IT customers and discovered that Linux was favored over Windows for a variety of reasons, some of them emotional (like envy over Bill Gates's wealth) and some rational (like an unpopular licensing scheme). Since there was little we could do about the emotional issues, the team decided to attack the Linux value proposition.

"We told IT buyers, before making a commitment one way or the other, to find out what it actually costs to run a Linux shop as compared to a Windows shop. We provided reams of data suggesting that Linux was more difficult to integrate, more difficult to manage, and more difficult to support — all of which ends up costing more money than would be saved by avoiding a license fee. By emphasizing value rather than price, we were able to blunt the Linux narrative and keep it from becoming an overwhelming threat to Microsoft's enterprise strategy."

What do you think ?

posted by Andrias Ekoyuono ( andri )
picture taken from here

Baca artikel ini selengkapnya ...

Iklan Sudah Kencang, Barang Belum Ada

Tuesday, October 30, 2007

Seperti tulisan saya sebelumnya tentang 4P (Product, Price, Place, Promotion) dari marketing, ada salah satu P -yaitu Place- yang juga perlu mendapat perhatian sama besarnya dengan P yang lain. Place disini adalah terkait dengan dimana produk/servis itu bisa dibeli oleh konsumen atau sering disebut dengan distribusi produk/servis. Diperlukan pemilihan tempat penjualan yang tepat dan sesuai dengan karakteristik produk, artinya bila produk itu menyasar segmen tertentu dari konsumen maka produk harus disediakan di tempat yang memang sesuai dengan segmen konsumen itu. Masih banyak faktor lain yang perlu diperhatikan bagi Place/Distribusi ini, semisal sebaran produk, display di outlet, ketersediaan, dan lain-lain. Distribusi juga berkaitan dengan pemilihan saluran distribusi, misalnya jalur pasar tradisional, modern market, special outlet, hingga internet.

Berbeda dengan 3P yang lain yang biasanya dalam kendali Departemen Marketing, maka Place ini biasanya ditangani oleh Departemen Sales. Nah karena terdapat perbedaan pengendali ini maka perlu diperhatikan koordinasi antara Marketing dan Sales sehingga meminimalisasi ketidak sinkronan dalam strategi maupun eksekusi.

Ada beberapa contoh kasus menarik dalam distribusi yang terjadi karena ketidaksinkronan tim marketing dengan tim sales. Salah satu yang dulu sering terjadi adalah ketidaksinkronan dalam timing promosi dan distribusi. Misalnya ketika produk/varian baru diluncurkan, kemudian iklan TV dan juga print-Ad ditayangkan begitu kencang, namun ketika calon konsumen yang tertarik kemudian mencarinya di outlet terdekat namun produk tersebut belum ada, sehingga calon konsumen akhirnya menjadi kecewa.

Ada yang punya contoh kasus lain ?

posted by Andrias Ekoyuono ( andri ) picture taken from here

Baca artikel ini selengkapnya ...

Billboard A-Mild Di Senayan



posted by Andrias Ekoyuono ( andri )
pictures taken from forwarded email, if you have shoot these pictures, please kindly tell me

Baca artikel ini selengkapnya ...

Selamat Idul Fitri

Wednesday, October 10, 2007

Baca artikel ini selengkapnya ...

Dian Sastro dan Rp. 0/detik

Monday, October 08, 2007

Apa yang terlintas di benak anda bila disebutkan nama Diandra Paramitha Sastrowardoyo atau Dian Sastrowardoyo atau Dian Sastro ? Jawaban setiap orang bisa beragam, namun kurang lebih akan berkisar pada : cantik, muda, aktris indonesia, bintang film, pintar, berkelas, bintang sabun Lux, dan beberapa hal lain. Tapi boleh dibilang image Dian Sastro cukup positif dan berada di posisi lebih tinggi dibanding rata-rata artis Indonesia, apalagi didukung cukup selektifnya dia dalam berperan ( baca : sampai saat ini hanya bermain di 1 sinetron ), juga kecerdasannya. Makanya meskipun dia tidak se seleb mbok venus di dunia blogger, tapi sudah cukup membuat ndoro kakung ngefans pada Dian Sastro :-)

Nah sekarang Dian Sastro menjadi bintang iklan Indosat Mentari yang menawarkan tarif murah Rp. 0/detik * dengan syarat ketentuan berlaku (yang sejatinya merupakan program freetalk 5000 dari Indosat). Kok saya merasa iklan Indosat Mentari Rp 0/dtk ini tidak pas ya dengan brand personality dari Dian Sastro ? Saya rasa lebih pantas bila Dian Sastro menjadi bintang iklan korporat Indosat, bintang iklan Matrix, atau setidak-tidaknya jadi bintang iklan Indosat 3G. Ataukah memang Indosat merasa sudah mengeluarkan uang cukup mahal untuk bayar Dian Sastro, sehingga mesti dimanfaatkan untuk produk yang paling massal ?


What do you think ?


posted by Andrias Ekoyuono ( andri )
picture taken from here

Baca artikel ini selengkapnya ...

Panic Marketing

Tuesday, October 02, 2007

Memasuki quarter ke 4 biasanya merupakan saat-saat menegangkan bagi marketer, karena di quarter inilah akan ditutup pencapaian tingkat penjualan dari suatu produk dalam 1 tahun. Bila hasil quarter 1 sampai 3 cukup memuaskan, maka marketer bisa bernapas lega karena berarti strategi dan taktik marketing dan salesnya cukup ampuh dalam menghadapi kondisi market, sehingga tidak diperlukan perubahan signifikan pada strategi dan taktik yang sudah disusun sejak awal.

Namun lain soal bila mendekati akhir tahun tetapi belum nampak tanda-tanda menggembirakan menuju pencapaian target penjualan, maka saat-saat bulan seperti ini bisa muncul perubahan-perubahan signifikan pada strategi marketing dan sales. Perubahan strategi/taktik sebenarnya merupakan hal yang wajar dalam rangka adaptasi terhadap kondisi market serta respon terhadap gerak kompetitor, namun kadang perubahan-perubahan itu lebih merupakan reaksi kepanikan sehingga muncul inkonsistensi yang sangat menyolok dari strategi/taktik itu. Hal itulah yang saya sebut sebagai "Panic Marketing".

Masih ingat dengan tema komunikasi dari XL Bebas yang versi "Tanpa Syarat Apapun" ? Dimana disitu dikomunikasikan simpelnya tarif XL Bebas yang menerapkan tarif sesama XL dan lintas operator yang cukup sederhana dan murah, dan yang paling penting tarif itu berlaku tanpa syarat dan ketentuan berlaku. Komunikasi itu (lewat iklan TV, printAd, dll) seakan menohok kompetitor yang menerapkan berbagai syarat agar pelanggannya dapat menikmati tarif murah.


Namun belum lama ini XL Bebas mengganti tema komunikasinya, tepat setelah komunikasi "Tanpa Syarat Apapun", saat ini XL Bebas mengkomunikasikan tarif "Rp. 1/ detik" yang ternyata memiliki syarat dan ketentuan tertentu agar pelanggan XL Bebas bisa menikmatinya. Menurut XL, syarat dan ketentuan itu berbeda di tiap daerahnya, misal Rp.1/detik itu berlaku setelah 2 menit pembicaraan.

Saya mengerti memang persaingan tarif sudah nampak sangat keras di industri seluler, namun komunikasi yang berlawanan pada saat berurutan ? hmmm...I don't think that's a good idea. Bukankah itu nantinya membuat orang merasa XL tidak memenuhi janji sebelumnya ? Apa yang diharapkan seorang konsumen dari industri service selain pemenuhan janji ?Bukankah iklan Rp.1/detik dengan tanda * (syarat dan ketentuan berlaku) bisa menyusahkan orang yang tidak teliti ?
Bukankah lebih baik bila XL melakukan promo Rp 1/detik tanpa syarat apapun ? Sepertinya XL dikenai kejar tayang dalam mengejar target jumlah pelanggan di tahun 2007 :-) . Inikah Panic Marketing ?

What do you think ?

posted by : Andrias Ekoyuono ( andri )
picture taken from here

Baca artikel ini selengkapnya ...

Unilever Mengakuisi Local Brand (lagi)

Wednesday, September 26, 2007

Membangun brand dari 0 (nol) tentulah bukan pekerjaan mudah, banyak biaya, tenaga, energi, dan kreatifitas yang mesti dicurahkan untuk mencapai image, reputasi, dan penjualan yang diinginkan. Artinya membangun brand juga memerlukan investasi, dan layaknya sebuah investasi maka perlu waktu untuk mencapai pengembalian investasi.

Salah satu cara untuk memotong proses itu adalah dengan mengakuisisi brand yang sudah ada dan dikenal masyarakat, harapannya adalah perusahaan tidak perlu membangun brand dari awal, sehingga bisa fokus pada peningkatan performa, disribusi dan penjualan. Langkah ini jamak dilakukan oleh berbagai perusahaan di dunia. Proses akuisisi sebuah brand bisa dilakukan dengan hanya membeli brandnya saja - artinya menguasai hak atas kekayaan intelektual, produk, marketing dan sales dari brand tersebut - ataupun membeli brand dan juga pabrik yang memproduksi produknya.

Unilever Indonesia adalah salah satu perusahaan yang beberapa kali mengakuisisi local brand. Setelah sebelumnya mengakuisisi beberapa brand seperti Sariwangi, Citra, Bango, hingga Taro, kini baru saja Unilever Indonesia mengakuisisi brand Buavita dan Gogo dari Ultrajaya. Kali ini Unilever hanya mengakuisisi brandnya saja, sehingga produksi Buavita dan Gogo masih akan dilakukan di pabrik UltraJaya.

Nampaknya keberhasilan Unilever dalam meningkatkan performa brand-brand yang sebelumnya dibeli sehingga memberikan kontribusi positif bagi Unilever Indonesia menjadi alasan bagi Unilever untuk kembali mengakuisisi brand-brand lain. Selain itu, juice adalah minuman sehat yang memiliki prospek yang cerah di pasaran seiring dengan meningkatnya gaya hidup sehat serta meluasnya modern channel sebagai saluran disribusi ideal, maka pilihan untuk mengakuisisi Buavita dan Gogo (terutama Buavita) adalah pilihan logis bagi Unilever dalam menguasai pangsa pasar juice di Indonesia.

What do you think ?

posted by : Andrias Ekoyuono ( andri )
picture taken from here

Baca artikel ini selengkapnya ...

Bagaimana Memilih Waralaba ( Franchise )

Tuesday, September 18, 2007

Salah satu cara dalam memulai bisnis adalah dengan menjadi franchisee (penerima waralaba), yaitu mengambil hak waralaba ( franchise) dari pemberi waralaba ( franchisor ). Misalnya menjadi franchisee dari Kebab Turki Babarafi, Primagama, atau Alfamart. Franchise bisa diambil dari franchisor dalam negeri maupun luar negeri. Menjadi franchisee adalah salah satu cara yang dianggap praktis dalam memulai bisnis ataupun berinvestasi.

Namun menurut saya, ada beberapa hal yang mesti diperhatikan oleh seorang calon franchisee dalam memilih franchise guna meminimalisasikan resiko bisnis.

1. Known Brand is Preferable

Keuntungan utama dengan menjadi franchisee adalah kita tidak perlu membangun sendiri image dan reputasi dari brand, karena membangun brand agar diterima konsumen memerlukan waktu dan biaya yang tidak sedikit. Berkaitan dengan itu, maka menjadi franchisee dari brand yang sudah dikenal masyarakat adalah pilihan ideal, karena brand itu sudah memiliki persepsi di calon konsumen dan menjadi semacam "jaminan" bagi datangnya konsumen ke gerai kita. Tentu konsekuensinya adalah semakin terkenal brandnya maka biaya awal dan biaya royalti yang diminta oleh franchisor biasanya makin besar. Namun saya rasa sangat masuk akal bila kita berharap tidak perlu susah payah ikut membangun brand dari hampir 0 ketika kita menjadi franchisee.

2. Clear System

Semua sistem yang mendukung operasional maupun pembagian hasil dari franchise tersebut harus jelas. Mulai dari sistem pembagian area franchisee, sistem Supply Chain, sistem training, promosi, sistem konsultasi hingga sistem administrasi/finance haruslah jelas. Kemudian amatilah apakah ada potensi kegagalan maupun keruwetan sistem yang akan memicu kerancuan operasional. Diskusikan semua sistem secara terbuka dengan franchisor, jangan sampai kita dibuat terkaget-kaget di tengah jalan dengan sistem yang tidak kita pahami dari awal.

3. Proven Track Record

Jangan hanya terbuai oleh brosur dari franchisor. Lakukan riset di lapangan terhadap franchisee-franchisee yang telah terlebih dahulu mengambil franchise itu, apakah memang mereka benar-benar menikmati keuntungan dan kemudahan, dan apakah ada kendala yang membuat mereka kecewa. Atau cara lain adalah dengan melakukan pengamatan lapangan terhadap operasional para franchisee tersebut.

4. Research

Lakukan riset sendiri tentang kaitan antara potensi bisnis dan calon lokasi yang hendak pilih. Juga tentang berbagai kendala yang kemungkinan menghadang di lapangan. Biasanya pihak franchisor sudah menyediakan pilihan lokasi atau riset potensi pasar di wilayah tertentu, namun alangkah baiknya bila kita sendiri juga melakukan riset sehingga kita benar-benar tahu keadaan di calon lokasi yang hendak kita pilih.

5. Be careful with Franchisor's Personal Brand

Kadang ada brand franchise yang sangat tergantung pada personal brand dari pemilik brand franchise tersebut. Hal ini di satu sisi bisa menguntungkan apabila memang personal brand dari sang pemilik sedang dipersepsikan positif oleh masyarakat. Namun tentu rekan-rekan masih ingat tentang sebuah restoran yang pemiliknya sangat dikenal karena kampanye poligami. Di satu sisi hal itu sangat mengangkat nama restoran tersebut, namun ketika terjadi over-exposed tentang poligami sang pemilik, dan terkesan terjadi over-used maupun over-campaign terhadap kegiatan poligami itu, maka muncul juga persepsi negatif dari sebagian masyarakat, terutama sebagian ibu-ibu. Akhirnya restoran-restoran dari para franchisee juga ikut terkena imbasnya dengan penurunan jumlah konsumen, bahkan ada yang sudah ditutup. Saran saya, lebih baik menghindari franchise yang sangat melekat dengan personal brand pemilik brand franchise. Sehingga menghindari resiko ikut terseret fluktuasi dari personal brand pemilik brand.

6. Hard Work is Just Started !

Last but not least, setelah mengambil franchise bukan berarti kita tinggal duduk manis dan menikmati mesin uang yang bekerja buat kita. Kerja keras, analisis, adaptasi dan improvisasi terus menerus tetap diperlukan. Implementasi berbagai strategi dan taktik harus selalu dikomunikasikan dengan franchisor agar implementasi tersebut tidak melanggar sistem, dan bahkan masukan franchisee juga amat dibutuhkan oleh franchisor dalam rangka memperbaiki sistemnya.


What do you think ?

posted by : andrias ekoyuono ( andri )
picture taken from here

Baca artikel ini selengkapnya ...

Brand Crisis Management

Wednesday, August 29, 2007

Hal yang paling ditakuti oleh pemilik brand adalah rusaknya image dan reputasi dari brand yang telah dibangun bertahun-tahun. Rusaknya image atau reputasi bisa mengakibatkan produk-produk menurun penjualannya, bahkan bisa ditolak oleh masyarakat. Rusaknya brand bisa diakibatkan oleh hal internal seperti menurunnya kualitas produk, ataupun hal eksternal seperti kecelakaan (seperti pada penerbangan) ataupun isu-isu negatif yang beredar seputar brand.

Di era informasi seperti ini, mudah sekali isu negatif menyebar melalui berbagai media seperti koran, televisi, media online, dan email. Pembaca tentu sering sekali menerima informasi dan atau hoax yang mengalir dari email ke email, dan email seperti itu biasanya langsung diforward ke rekan-rekan yang lain, itulah salah satu contoh begitu mudah dan cepatnya isu negatif membuat sebuah brand terjebak dalam krisis.


Nah bagaimana pengelola brand mengangani isu negatif itu ?

Tentu saja pencegahan yang paling mendasar adalah mulai dari internal perusahaan, yaitu memastikan bahwa semua produk yang dijual sesuai dengan segala peraturan yang berlaku, termasuk memastikan bahwa kualitas yang diberikan kepada konsumen adalah sesuai dengan janji yang telah diberikan.


Kemudian apabila isu negatif sudah menerpa, maka yang paling penting adalah kecepatan dalam menanggapi isu tersebut dengan memberikan keterangan yang benar, tepat, dan media yang sesuai. Kemudian juga perlu diajak tokoh/pihak yang berkompeten yang memberikan pernyataan untuk memberikan tambahan penjelasan. Kenapa kecepatan saya cetak tebal ? Karena itu adalah faktor yang penting sekali dalam mencegah kerusakan brand lebih lanjut. Kita bisa belajar dari kasus isu formalin di Pepsodent dan beberapa produk Unilever baru-baru ini.

Seperti kita ketahui, Lembaga Konsumen Jakarta (LKJ) mengumumkan beberapa produk Unilever mengandung formalin. Maka Unilever dengan cepat memberikan tanggapan dengan detail tentang isu tersebut lewat berbagai media seperti detikcom (
disini dan disini) , media cetak, juga di situs resmi mereka. Tanggapan dari Unilever itu saya amati juga dicover oleh lebih banyak media dibandingkan ketika berita itu dilemparkan oleh LKJ. Selain itu ada juga tanggapan dari BPOM yang mendukung pernyataan Unilever bahwa produk-produk mereka aman. Karena cepatnya tanggapan itulah maka isu formalin -sampai saat ini- tidak berkembang menjadi bola salju yang menghantam penjualan Pepsodent, Clear, Lifebuoy, maupun Sunsilk. Bahkan mungkin sebagian besar dari kita belum sempat "ngeh" akan adanya isu formalin tersebut. Selain itu terlihat ada upaya dari Unilever untuk memberikan penjelasan yang jujur dan terbuka tanpa menutup-nutupi bahwa Pepsodent dan produknya yang lain mengandung formaldehyde namun masih jauh dibawah ambang batas yang diperbolehkan.

Hal yang berbeda terjadi ketika krisis akibat kandungan bahan pengawet di dalam Mizone (yang sebenarnya juga masih dalam batas aman BPOM). Disitu terjadi keterlambatan penanganan isu sehingga terjadi penurunan penjualan Mizone yang sangat drastis. Akibatnya diperlukan waktu hampir setahun untuk melakukan recovery, itupun dengan biaya sangat besar untuk memberikan penjelasan melalui berbagai iklan di media.


What do you think ?
posted by Andrias Ekoyuono (andri)
picture taken from here

Baca artikel ini selengkapnya ...

Mau Dibawa Kemana Personal Brand Roy Suryo ?

Thursday, August 09, 2007

Roy Suryo, sebuah nama yang selalu menjadi kontroversi. Akhir-akhir ini kembali jadi bahan berita karena "penemuan" lagu Indonesia Raya versi 3 stanza, sehingga menuai berbagai tanggapan dari berbagai pihak termasuk wakil presiden, anggota, DPR, lembaga arsip nasional, hingga para seleb blogger seperti ndorokakung dan priyadi.

Dari sisi marketing, terutama personal branding, saya analisa ada beberapa positioning dari Roy Suryo di masyarakat. Di kalangan masyarakat umum mungkin dia terkenal sebagai "Pakar Telematika", "Pakar Multimedia" atau "Pakar IT". Di kalangan selebritis dan infotainment mungkin dia dikenal sebagai "Pakar Pembeda Foto Asli atau Rekayasa". Beda pula positioning Roy Suryo di mata penggiat dunia IT ataupun di kalangan blogger. Personal branding seperti ini sepertinya kurang sesuai dengan tulisan saya sebelumnya tentang Personal Branding.

Menurut rekan-rekan, apakah positioning Roy Suryo di mata anda ?

Btw, ada yang tertarik menemukan lagu "Kucing Garong" versi 3 stanza ?

posted by Andrias Ekoyuono ( andri ) picture taken from here

Baca artikel ini selengkapnya ...

One of The Most Successful Rebranding in Indonesia : Inneke Koesherawati

Thursday, July 19, 2007

Suatu ketika, sebuah merk perlu melakukan rebranding untuk menciptakan positioning baru di mata konsumen atau masyarakat. Menurut wikipedia

Rebranding is the process by which a product or service developed with one brand or company or product line affiliation is marketed or distributed with a different identity. This involves radical changes to the brand's logo, brand name, image, marketing strategy, and advertising themes. It usually results in the repositioning of the brand / company.
Nah salah satu brand di Indonesia yang sukses luar biasa dalam melakukan rebranding adalah Inneke Koesherawati. Ya personal brand dari Inneke Koesherawati sukses melakukan repositioning 180 derajat. Dahulu kita mengenal Inneke lewat peran-peran di film panas seperti gadis metropolis, sehingga masyarakat mempersepsikan Inneke sebagai bintang panas lengkap dengan segala atribut keseksian yang melekat padanya.

Namun saat ini Inneke adalah icon wanita muslimah yang sukses, mengenakan jilbab, memandu acara-acara wanita dan juga muslim di TV, menjadi bintang iklan produk-produk seperti Sunsilk Mist dan kosmetik Wardah tetap dengan jilbabnya, serta memiliki suami dan keluarga yang harmonis serta kental nuansa religiusnya.
Tentu bukan hal yang mudah untuk merubah persepsi terhadap brand. Seringkali rebranding gagal di tengah jalan, ataupun tidak mencapai hasil yang diinginkan. Belajar dari keberhasilan Inneke, kita bisa mengambil beberapa point penting untuk meningkatkan keberhasilan rebranding. Tentu saya disini mengambil sudut pandang seorang marketer, jadi saya tidak mengambil sudut pandang lainnya.

1. Brand it by your heart
Perubahan yang dilakukan harus diawali dari internal, dalam studi kasus Inneke maka dimulai dari niat dan kesungguhan diri sendiri untuk melakukan rebranding. Kalau hal itu dikaitkan dengan perusahaan, maka semua karyawan harus mengerti memahami dan melakukan rebranding dengan kesungguhan hati. Rebranding bukan sekedar ganti logo atau ganti atribut fisik, dalam studi kasus Inneke maka rebranding bukan sekedar memakai atribut muslimah, tapi benar-benar diawali dari hati dan midset serta diwujudkan dalam perbuatan.

2. Brand it consistently
Dengan atribut dan logo baru, maka brand harus terus konsisten dalam mempertahankan segala aktifitas dan atributnya sesuai dengan positioning baru. Hal ini akan membuat konsumen percaya akan perubahan yang telah terjadi, sehingga cepat atau lambat akan merubah perspesi masyarakat dan makin menepis keraguan. Seperti Inneke yang secara konsisten tetap berusaha berbuat sebagaimana dilakukan oleh seorang muslimah yang baik meskipun awalnya banyak orang yang ragu, namun karena dia konsisten maka keraguan orang pun akan hilang.

3. Get all the support that you can get
Bila yang dilakukan rebranding adalah brand sebuah produk dari sebuah corporate, maka harus dipastikan bahwa proses rebranding tersebut didukung penuh oleh corporate dan juga sesuai dengan brand mapping dari brand-brand dari perusahaan itu sehingga meminimalkan kanibalisme yang tidak diinginkan ataupun konflik di masa depan. Dalam kasus Inneke, Inneke didukung penuh oleh corporatenya dalam hal ini adalah keluarga dan suaminya, sehingga tidak ada tentangan terhadap positioning baru tersebut dari keluarganya, bahkan positioning baru dari Inneke sangat klop dengan keluarga mertuanya.

Dari uraian saya diatas, memang dapat ditarik kesimpulan bahwa kitapun bisa belajar rebranding dari personal brand seperti Inneke Koesherawati.

posted by andrias ekoyuono ( andri )
picture taken from here

Baca artikel ini selengkapnya ...

Ini Dia Marlboro Mix 9 Kretek Filter

Thursday, July 12, 2007

Baliho-baliho sudah bertebaran di jalanan untuk memperkenalkan Marlboro Mix 9, rokok kretek filter (Sigaret Kretek Mesin / SKM Full Flavoured) yang diluncurkan oleh PT. HM. Sampoerna, Tbk (yang sekarang dimiliki oleh Phillip Morris) untuk meramaikan persaingan kategori SKM Full Flavoured yang dikuasai oleh Djarum dengan Djarum Super-nya dan Gudang Garam dengan Gudang Garam Filter dan Gudang Garam Surya.

Disini bisa melihat foto kemasan Marlboro Mix 9. Kemasannya overall memang bercirikan Marlboro, dengan perbedaan di warnanya yang didominasi warna gold/ emas yang glossy, sementara Marlboro yang lain biasanya didominasi warna putih. Terima kasih kepada pak Angky Camaro ( Managing Director - Indonesian Cigarette Business - PT. HM Sampoerna , Tbk. ) yang berkenan mengirim sampelnya ke saya.
Kita tunggu saja ketersediaan produknya di pasar setelah grand launching.

What do you think ?


posted by : Andrias Ekoyuono ( andri )

Baca artikel ini selengkapnya ...

Iklan Kopiko 3 in 1 di Thailand

Monday, July 09, 2007



taken from here

Baca artikel ini selengkapnya ...

Ampuhnya Hadiah Langsung : Kejutan 1 Milyar dari NU Green Tea

Friday, June 29, 2007

NU Green Tea , dan NU Juice dari ABC President belum lama ini meuncurkan program hadiah "Kejutan 1 Milyar" berupa hadiah langsung total Rp. 1.000.000,- dengan 3 hadiah utama sebesar masing masing Rp. 100.000.000,- . Pembeli cukup melihat di bagian dalam tutup botol untuk memastikan apakah mereka cukup beruntung mendapatkan hadiah utama, hadiah langsung ratusan ribu rupiah, hadiah langsung gratis 1 botol minuman, atau tulisan "Coba Lagi", "Anda Belum Beruntung", atau "Jangan Menyerah".

Saya perhatikan program ini cukup sukses untuk meningkatkan penjualan 2 brand tersebut, terutama NU Green Tea. Di pasaran sebelumnya NU Green Tea bersaing dengan ZesTea dari 2 Tang dan Green-t dari Sosro. Namun dari pengamatan saya dan obrolan saya dengan para pedagang rombong , ternyata adanya program hadiah langsung itu penjualan NU Green Tea menjadi naik meninggalkan para pesaingnya. Program sales promo dengan hadiah langsung ini ternyata mampu menarik para konsumen. Logika konsumen sebenarnya cukup sederhana, dengan rasa yang tidak jauh beda maka apa salahnya mencoba peruntungan dengan membeli NU Green Tea daripada membeli produk pesaing. Meskipun mungkin saja NU Green Tea yang tanpa bahan pengawet menjadi alasan pembelian, namun para pesaingnya juga memiliki keunggulan tersebut.

Kesuksesan "Kejutan 1 Milyar" dalam mengangkat tingkat penjualan adalah contoh mengapa para produsen masih getol menggunakan program undian ataupun hadiah langsung meskipun tetap saja ada resiko penipuan yang membayangi citra perusahaan. Namun kesuksesan peningkatan penjualan karena program NU Green Tea tersebut tidak akan terjadi bila tidak diimbangi sales / distribusi yang bagus dan merata. Kita bisa lihat bahwa display dari produk NU Green Tea akhir-akhir ini sangat merata dan mencolok hingga ke rombong-rombong, sehingga ketertarikan calon konsumen akan program hadiah langsung dibarengi dengan dorongan keputusan untuk membeli dengan kemudahan mendapatkan produknya di pasaran.

Yang menjadi pertanyaan adalah apakah NU Green Tea bisa mempertahankan tingkat penjualan setelah "Kejutan 1 Milyar" ini berakhir ? Apakah sudah ada program lanjutan yang disiapkan untuk mempertahankan tingkat penjualan ? Nampaknya ABC President harus mulai memikirkannya

posted by Andrias Ekoyuono ( andri )

Baca artikel ini selengkapnya ...

The Most Inspiring Indonesian Brands - Versiku

Tuesday, June 19, 2007

Dunia bisnis Indonesia telah menghasilkan banyak sekali brand yang mewarnai Indonesia. Berikut ini saya berikan brand-brand asli Indonesia yang keberhasilannya di market sangat memberikan inspirasi bagi saya. Tentu saja daftar yang ada disini adalah versi saya sendiri, dan bukan berarti brand-brand lain prestasinya kurang mengkilap, namun inilah pilihan saya.

Kategori Consumer Goods : A-Mild

Semua orang Indonesia tentu tahu rokok A-Mild produksi PT. HM Sampoerna. A-Mild ini pada awalnya bisa dibilang adalah rokok yang "mendahului" jamannya. Waktu itu kategori rokok Sigaret Kretek Mesin Low Tar Low Nicotine (SKM LTLN) belum populer di Indonesia, bahkan di awal-awal kemunculannya A-Mild ini masih merugi. Tapi manajemen PT. HM Sampoerna yakin bahwa rokok SKM LTLN adalah masa depan, sehingga dilakukanlah strategi marketing yang terintegrasi dan terus menerus mengedepankan inovasi dalam komunikasi. Contohnya campaign dengan tagline "How Low Can You Go" dan "Tanya Kenapa?". Iklan TV, printAd, maupun billboard dari A-Mild benar-benar berbeda daripada brand-brand rokok yang lain. Hasilnya A-Mild saat ini menjadi salah satu brand yang memberi kontribusi terbesar
bagi PT. HM Sampoerna, dan menjadi lokomotif berkembangnya kategori SKM LTLN yang kini juga disesaki oleh brand-brand lain. Tapi hebatnya, meskipun banyak brand baru di kategori SKM LTLN, A-Mild masih tetap bertahan sebagai market leader dengan harga paling premium. Itu artinya strategi 4P yang dipilih ternyata cukup mumpuni.

Kategori Media : Detik.Com

Kenapa detik.com ? Sebagai pelopor portal berita online, detik.com berhasil menjadi market leader. Kebanyakan para profesional menjadikan detik.com sebagai menu rutin yang dibuka setiap hari. Memang ada kritik dari sebagian orang tentang desain ataupun tampilan yang dijejali iklan, tapi kenyataannya detik masih menjadi salah satu top sites di Indonesia menurut alexa, daftarnya bisa dilihat disini. Bukan hanya berisi general news. Detik.com juga rajin mengembangkan kanal-kanal yang ternyata juga cukup laris seperti sepakbola, detikinet, dan detikhot. Bahkan saat ini juga mulai ada kanal portal lokal dari detikcom yaitu detiksurabaya.

Detik.com bukannya melenggang tanpa pesaing. Pebisnis lain tentu juga mencium gurihnya bisnis portal berita online, sehingga munculah kompas.co.id , republika.co.id, astaga.com , hingga yang terbaru adalah okezone.com . Namun kesemuanya belum mampu mendahului laju detik.com sebagai market leader. Sejarah detik.com mungkin bisa ditanyakan kepada Mas Nukman yang mantan petinggi detik.com .

Memang keunggulan detik.com sebagai pelopor portal berita online yang berisi berita-berita paling update masih tertancap di benak peselancar dunia maya. Brand "Detik" yang identik dengan kecepatan juga salah satu pendukung keunggulan detik tersebut. Kita tunggu saja bagaimana kelanjutan pertempuran media online ini.

Kategori Service : Lion Air

Masa lalu bepergian menggunakan pesawat terbang mungkin hanyalah bisa terjangkau sebagian kalangan saja. Namun kehadiran Lion Air di Indonesia dengan tagline "We Make People Fly" benar-benar merubah landscape bisnis penerbangan. Konsep Low Cost Carrier (LCC) yang menawarkan harga tiket yang terjangkau membuat bepergian naik pesawat terbang menjadikan terjadi perpindahan moda transportasi sebagian orang dari melalui darat/laut menjadi melalui udara. Konsep LCC ini sendiri sebenarnya diadopsi dari konsep serupa di luar negeri seperti SouthWest Airline dan JetBlue di US.

Bisnis LCC bukannya tanpa tantangan. Tantangan mengenai merubah persepsi service yang dibutuhkan oleh penumpang pesawat ( bahwa LCC tidak memberikan service sebagus full-service airline semacam Garuda atau Singapore Airline ) , kemudian manajemen keuangan ( ada beberapa airline yang bangkrut karena ikut-ikutan banting harga) , manajemen keselamatan , promosi, dan public relation yang handal (terutama dalam menghadapi masalah). Namun Lion Air sukses di Indonesia dengan mampu menjadikan dirinya sebagai maskapai penerbangan dengan jumlah penumpang terangkut terbesar nomer 2 di Indonesia setelah Garuda.


posted by : Andrias Ekoyuono ( andri )
picture taken from here

Baca artikel ini selengkapnya ...

Inspirasi



taken from here

Baca artikel ini selengkapnya ...

Back To Basic

Thursday, June 07, 2007

"Aku yakin produk mereka pasti laku, karena teknologinya bagus banget." kata seorang teman

Pernyataan tersebut tidak sepenuhnya salah, namun perlu diingat bahwa kualitas produk bukan satu-satunya faktor yang menunjang keberhasilan pemasarannya. Untuk itu kita akan back to basic dalam menganalisa pernyataan teman saya itu.


Ada sebuah konsep dasar dalam marketing yang disebut dengan Marketing Mix, bahwa sebuah konsep pemasaran terdiri dari beberapa faktor yang harus saling mendukung. Ada 4P yang menjadi perhatian dari produsen. 4P ini awalnya diperkenalkan oleh
Jerome McCarthy , lalu dipopulerkan oleh Philip Kotler.

4P itu terdiri dari :


Product
: bukan hanya kualitas produk/ service yang diberikan atau kecanggihan teknologinya, namun juga namanya, kemasan yang menarik, tepat fungsinya sesuai kebutuhan target marketnya, dan kemudahan penggunaan.

Price : setting harga yang tepat sesuai dengan target marketnya. Artinya bukan harus semurah mungkin, namun harga harus sesuai dengan kondisi persaingan dan juga positioning dari produk tersebut. Misalnya arloji mewah tentu harus dijual dengan harga mahal karena calon konsumen akan ragu bila dijual dengan harga murah. Ataupun restoran hotel berbintang harusnya memiliki harga lebih mahal dibanding restoran fast food. Harga tiket pesawat full service (Garuda, SQ) tentu berbeda dengan harga tiket pesawat Low Cost Carrier (Air Asia, Wings).

Place
: dimana produk/service tersebut bisa dibeli. Hal ini berkaitan dengan pemilihan saluran distribusi yang tepat, termasuk melalui internet. Produk eksklusif tentu akan dijual di tempat yang berbeda dibanding produk massal.


Promotion
: produk/service harus diperkenalkan ke target market dengan cara dan saluran yang tepat. Tidak harus melalui iklan, namun bisa juga melalui internet, komunitas, mulut ke mulut, PR, event, in-store display, dan lain-lain. Semua strategi promosi harus terencana dan terintegrasi dengan baik, jangan sampai salah sasaran.


4P tersebut diatas adalah konsep dasar yang harus berjalan beriringan. Jadi produk yang teknologinya paling maju belum menjamin kesuksesan pemasarannya. Konsep 4P ini sendiri makin hari makin berkembang, namun pada dasarnya memang 4P inilah yang menjadi awal yang tepat dalam merencanakan pemasaran.

posted by: Andrias Ekoyuono ( andri )
picture taken from here

Baca artikel ini selengkapnya ...

Tantangan Rokok Aroma

Sunday, June 03, 2007

Di milist marketing-club sempat ada lontaran diskusi tentang rokok Aroma dari Nojorono yang dari komunikasinya terkesan "nebeng" citra dari Dji Sam Soe. Yang menjadi pertanyaan apakah Aroma yang menawarkan rasa yang diklaim mendekati Dji Sam Soe dan ditawarkan dengan harga lebih murah akan sesukses Class Mild di rokok Mild

Menurut pendapat pribadi saya, Aroma yang bermain di Sigaret Kretek Tangan (SKT) akan berbeda hasilnya dengan Class Mild yang bermain di Sigaret Kretek Mesin Low Tar Low Nicotine (SKM LTLN). Artinya Aroma IMHO tidak akan seberhasil Class Mild meskipun pastinya Aroma juga akan tumbuh.

SKT adalah segmen yang sudah banyak pemainnya dan growthnya tidak sebesar SKM LTLN. Di level premium ada Dji Sam Soe. Kemudian di segmen dibawahnya ada Sampoerna Hijau, Djarum 76, Djarum Coklat, Gudang Garam Merah, Sejati, Rawit, dll. Lalu di segmen lebih bawah ada rokok-rokok lokal macem Kerbau, Djambu Bol, Retjo Pentung, dll. Konsumen SKT adalah konsumen yang relatif loyal, mereka bukanlah first time smoker, boleh dibilang mereka adalah "legendary smoker" yang susah untuk beralih brand. Mereka fanatik pada brand, asosiasi rasa dan brand sudah mengakar di benak mereka. Bisa dilihat bagaimana Djarum merasa perlu mempertahankan Djarum Coklat (yang besar di Jawa Barat) dan Djarum 76 (yang besar di Jawa Tengah) karena masing2 brand sudah punya konsumen fanatik, padahal logikanya lebih mudah take care 1 brand daripada 2 brand.

Bila dibilang Aroma jadi ancaman, saya kira ancaman itu lebih mengarah ke para pemain segmen kedua (Djarum 76, Sampoerna Hijau, dll). Namun tentu saja mereka tidak akan tinggal diam menghadapi Aroma. Sementara Dji Sam Soe tetap akan melenggang di level premium, penurunan daya beli cuma akan berpengaruh sesaat buat level premium.

Sementara itu kalau dibandingkan dengan Class MIld di SKM LTLN. Pasar SKM LTLN adalah pasar yang masih growth, serta masih banyak konsumen first time smoker yang suka coba-coba dan belum fanatik pada brand. Amild menjadi market leader dengan harga yang premium pula. Sementara pemain lain adalah LALights, Sampoerna U-Mild, Star Mild, X-Mild, Class Mild, dll.

Di market yang masih sangat growth, market leader tentu punya kepentingan untuk membesarkan market kategori SKM LTLN ini secara keseluruhan, sehingga pemain baru dengan harga dibawahnya cukup dilawan "seperlunya" dengan U-Mild, dan membiarkan para pemain di second line untuk "berantem" yang pada akhirnya akan membesarkan market SKM LTLN. Selain itu Class Mild masuk di saat yang tepat ketika Star Mild menaikkan harga akibat kenaikan cukai rokok, sehingga Class Mild cukup mendapat limpahan konsumen dari Star Mild.

posted by : Andrias Ekoyuono ( andri )

picture taken from here

Baca artikel ini selengkapnya ...

Women's Town

Tuesday, May 22, 2007

"Women are never wrong", itulah tagline yang dibuat untuk untuk Women's Town yang akan dikembangkan di distrik Shuangqia, Chongqing, China bagian Barat Daya. Kota ini akan dikembangkan dengan positioning sebagai kota bagi perempuan dimana disitulah akan diterapkan "Women are never wrong; men can never refuse their needs". Setiap lelaki yang memasuki kota tersebut dan berdebat tentang aturan dasar itu, maka akan diberi hukuman berlutut di papan yang keras atau mencuci piring di restoran lokal. Diharapkan konsep tersebut akan menarik para turis untuk berkunjung ke kota Shuangqia.

Bila pasangan turis lelaki dan perempuan berkunjung ke Shuangqia, maka turis perempuan bisa "berkuasa" penuh karena permintaannya tidak boleh ditolak oleh pasangannya. Akan ada sebuah pengadilan khusus yang dapat memerintahkan seorang lelaki dicambuk apabila gagal memenuhi permintaan pasangannya akan cokelat, parfum, atau permintaan yang lain. Namun tentu saja cambuk yang digunakan tidak akan terlalu menyakiti para turis, karena cambuknyapun diklaim adalah cambuk yang "lunak".


Terobosan pemerintah Chongqing memang menarik, karena positoning yang unik ini tentu membuat distrik Shuangqia memiliki diferensiasi yang jelas dibanding kota-kota tujuan wisata yang lain. Dengan diferensiasi yang jelas, eksekusi yang matang, serta didukung pola promosi yang tepat maka bukan mustahil konsep itu akan menarik bagi para turis di penjuru dunia untuk mendatangi. Tentu saja konsep itu akan tergantung juga bagaimana para perempuan meyakinkan pasangannya untuk ikut berwisata ke kota tersebut :-) . Konsep yang kuat inilah yang harusnya juga dimiliki oleh kota-kota tujuan wisata di Indonesia.


what do you think ?

posted by andrias ekoyuono (andri)
picture taken from here

Baca artikel ini selengkapnya ...

Numpang Iklan di Acara Pernikahan

Thursday, May 17, 2007

Kemarin (16/05) ada acara pernikahan artis Sultan Djorghi dan Annisa Tri Hapsari. Akad nikah berlangsung di Mesjid Dian Al-Mahri Depok yang lebih dikenal sebagai Mesjid Kubah Emas, serta resepsinya berlangsung di Hotel Grand Kemang Jakarta.

Seperti laiknya pernikahan selebritis, acara tersebut di ekspos oleh banyak media terutama oleh infotainment. Dengan banyaknya eksposure dari media, tentu merupakan peluang emas untuk memperoleh publikasi bagi brand dan produk. Kabarnya pernikahan Sultan-Annisa itu didukung oleh 23 sponsor. Placement yang paling menonjol adalah penempatan logo sponsor di baliho dan backdrope/background tempat pengantin dan para tamu berbicara dengan jurnalis, tentu saja kesempatan itu juga dimanfaatkan oleh para jurnalis untuk mengambil gambar pengantin dan juga para tamu yang notabene juga selebritis. Disitu terlihat ada 2 backdrope, namun yang paling menonjol adalah backdrope dengan logo dan tulisan besar Hotel Grand Kemang.

Dalam hari Kamis (17/05) ini saja, semua infotainment menampilkan berita pernikahan itu lengkap dengan gambar wawancara dan gambar-gambar ala red carpet di Hotel Grand Kemang ,tentu saja dengan gambar logo dan tulisan Hotel Grand Kemang sebagai backgroundnya. Bisa dibayangkan, begitu besar eksposure yang didapat oleh Hotel Grand Kemang, dan memang itulah yang diingikan oleh marketer dan juga pemilik brand.

Di Amerika Serikat pernah juga terjadi acara pernikahan yang juga dipenuhi oleh sponsor. Pernikahan antara Caroline Fisher (Sales Manager sebuah stasiun radio di Long Island) dan Dave Kerpen (seorang konsultan marketing) yang berlangsung pada 8 Juli 2006 di Stadion KeySpan Park, kandang dari klub bisbol Brooklyn Cyclones. Pernikahan tersebut dihadiri oleh 500 tamu dan lebih dari 8000 orang fans bisbol. Biaya pernikahan sebesar $100,000 itu sebagian besar dipenuhi lewat sponsorship yang terdiri dari toko perhiasan, penyedia bunga, penyedia baju pengantin, perusaaan roti, mall, event planner, dan lain-lain. Dan nyatanya pernikahan tersebut memang menjadi berita besar.

Di tengah makin sulitnya iklan dalam mendapatkan perhatian pemirsa, pemilihan sponsorship pernikahan artis merupakan salah satu pilihan menarik asal bisa dikemas dengan tepat. Kerjasama sponsorship itu juga menguntungkan bagi pasangan pengantin, karena ternyata acara pernikahan bisa menghasilkan bekal tambahan untuk tabungan pasangan pengantin.


Posted by Andrias Ekoyuono ( andri )

Picture taken from here

Baca artikel ini selengkapnya ...

Peraturan Baru di Iklan TV

Thursday, May 10, 2007

Ada peraturan baru tentang iklan TV yang dibuat oleh Departemen Komunikasi dan Informatika (Depkominfo) , intinya seperti berikut

Dalam prosesnya, Lembaga Penyiaran harus memiliki surat pernyataan dari pembuat iklan berkaitan dengan segala sesuatu selama dan pasca produksi iklan. Surat pernyataan itu harus mencantumkan setting, aktor, sutradara, maupun kru pembuat iklan tersebut yang merupakan tenaga lokal.
Pada penjelasan yang disampaikan oleh Depkominfo disebutkan bahwa peraturan tersebut hanya untuk iklan TV. Dan masih ada toleransi hingga akhir tahun 2007. Selain itu disebutkan pula bahwa
Meski ada kewajiban mengenai penggunaan tenaga lokal pada iklan, namun ada beberapa iklan bertenaga asing yang diijinkan bersiaran di Indonesia. Misalnya iklan acara yang diselenggarakan secara internasional atau iklan brand global yang menggunakan satu tokoh sebagai ikon produknya.
Jadi iklan-iklan seperti Marlboro dengan koboinya masih boleh diputar di TV (tapi Marlboro sendiri sudah tidak beriklan di TV :- ) ), atau mungkin seperti iklan Gillette yang menampilkan Thiery Henry, Roger Federrer, dan Tiger Woods juga masih diperbolehkan.

Peraturan ini tentu menghadirkan tantangan bagi beberapa brand yang menggunakan bintang iklan asing ataupun lokasi syuting di luar negeri untuk menghadirkan persepsi "non lokal" pada brandnya. Brand tersebut misalnya adalah
Lea Jeans (yang asli Tangerang) dan rokok Country (yang diproduksi oleh PT. Bentoel Prima). Persepsi "non lokal" tersebut memang sengaja diciptakan untuk menarik konsumen Indonesia yang biasanya lebih bangga dengan produk luar negeri. Nah sekarang tentu brand-brand tersebut memerlukan iklan TV yang baru. Bila ingin tetap mempertahankan image "non-lokal" maka diperlukan kreatifitas dalam memproduksi iklan yang tetap menghasilkan image yang tepat tapi dengan eksekusi iklan yang tidak melanggar aturan.

What do you think ?

posted by: andrias ekoyuono ( andri )
picture taken from here

Baca artikel ini selengkapnya ...

IPDN : hasil rebranding setengah hati

Wednesday, April 25, 2007

Kasus kekerasan di IPDN mencuat akhir-akhir ini, namun saya tidak akan membahas pro kontra pembubarannya seperti oleh mbakyu venus atau blog yang tidak tahu siapa pembuatnya ini. Seperti kita ketahui, setelah kasus kekerasan yang menimpa Wahyu Hidayat terkuak di 2003, pemerintah berupaya merubah nama STPDN menjadi IPDN dengan harapan juga akan terjadi perubahan didalam maupun perubahan image STPDN di mata masyarakat. Itulah yang disebut re-branding.

Menurut wikipedia :

Rebranding is the process by which a product or service developed with one brand or company or product line affiliation is marketed or distributed with a different identity. This involves radical changes to the brand's logo, brand name, image, marketing strategy, and advertising themes. It usually results in the repositioning of the brand / company. It may just involve merely superficial changes. Rebranding can be applied to either new products, mature products, or even unfinished products. The process can be done purposely (for example as a result of a deliberate change in strategy), or result from unplanned, emergent, or reactive dynamics (for example out of necessity following corporate restructuring).
Selain oleh STPDN/IPDN, beberapa tahun terakhir ini re-branding juga dilakukan oleh XL ( excelcom menjadi XL ), juga oleh BII, BNI, SCTV, Pertamina, dan lain-lain. Tapi memang akhir-akhir ini banyak perusahaan melakukan usaha re-branding sebagai upaya repositioning mereka dalam menghadapi iklim kompetisi yang makin ketat.

Namun rebranding bukan hanya ganti nama atau logo, adalah lebih penting lagi bagaimana jiwa perubahan tersebut bisa diimplementasikan dalam strategi yang nyata dan benar-benar harus dijiwai oleh semua karyawan dan partners, sehingga konsumen dan masyarakat bisa benar-benar menerima perubahan tersebut. Tanpa strategi nyata, maka yang berubah hanyalah nama/logonya, maka ya sama saja.Seperti yang kejadian di IPDN, meskipun sudah ganti nama tapi bila sistem dan perilaku karyawan dan mahasiswanya tetap saja, maka sami mawon ! Masyarakat akhirnya tetap tidak melihat sebuah perubahan. Salah satu proyek re-branding yang juga cukup menantang adalah Pertamina, pergantian logo Pertamina tentu saja diharapkan juga diikuti peningkatan kinerja dan layanan Pertamina menghadapi era persaingan yang makin ketat. Nampaknya Pertamina sadar akan hal itu, salah satunya dengan program Pertamina on The Move, contohnya dengan memperbaiki penampilan fisik dan layanan di SPBU.

Namun sepertinya yang lebih perlu dilakukan re-branding adalah Indonesia :-) Re-branding bukan dilakukan dengan mengganti nama dan bendera, tapi bagaimana menampilkan perubahan Indonesia di mata masyarakat Indonesia maupun dunia.

what do you think ?

posted by Andrias Ekoyuono ( andri )
picture taken from
here

Baca artikel ini selengkapnya ...