ME = Paris Hilton Indonesia ?

Monday, December 11, 2006

Tentu sudah banyak yang mendengar berita heboh tentang ME, ME disini tentu saja bukan "Mak Erot" yang telah menjadi legendary brand di Indonesia, tapi ME alias Maria Eva yang video mesranya bersama anggota DPR RI YZ alias Yahya Zaini beredar luas. Kemudian saat ini ME laris manis "ditanggap" oleh media, dan sepertinya tidak banyak yang menyalahkan ME atas kejadian tersebut.

Kejadian ini mengingatkan akan hebohnya video seks Paris Hilton yang mengangkat namanya. Pertanyaannya, apakah hal yang sama akan terjadi pada ME ? Apakah video itu bukan cuma melambungkan popularitas ME dalam sekejap tapi juga membuatnya jadi artis yang populer dalam jangka waktu yang lebih lama ? Tentu saja latar belakang sosial budaya yang berbeda antara US dan Indonesia menjadi pertimbangan juga.


Tapi yang jelas saya yakin ME (bahkan mungkin artis2 Indonesia lain) tidak akan sanggup mengangkat dan memperluas brandnya seperti Paris Hilton. Saat ini brand Paris Hilton sudah dipakai di :fragrance, nightclub chain, jewelry line, boutique hotel chain, dan segera menyusul produk2 lain. Bahkan Paris Hilton sendiri mengatakan ""I'm an actress, a brand, a businesswoman. I'm all kinds of stuff." Benar2 dia sudah menyadari pentingnya Personal Branding :-)

what do you think ?


photo taken from here

posted by andrias ekoyuono ( andri )

Baca artikel ini selengkapnya ...

Efektifkah Bus Advertising ?

Wednesday, December 06, 2006


Setiap hari kita melihat bus kota, tak jarang di badan bus tersebut terpampang iklan-iklan tentang berbagai produk dan jasa. Iklan itu bisa juga disebut sebagai Bus Advertising .

Kalau melihat di jalan-jalan Jakarta, bus advertisment itu menampilkan mulai dari minuman, restoran, iklan layanan masyarakat, media, dll. Para pemasang iklan memandang bahwa iklan di badan bus akan cukup efektif karena bus berjalan sepanjang hari yang artinya badan bus akan dilihat oleh banyak orang di banyak tempat. Bus Advertising juga berbiaya relatif murah bila dibandingkan menyewa space billboard di jalan utama Jakarta.

Namun yang menjadi pertanyaan, berapa banyak sih orang yang memperhatikan Bus Advertising itu ? Atau kalau pertanyaannya dipertajam, Bus Advertising dari produk apa yang paling kita ingat ? Di tengah hiruk-pikuk Jakarta (dan kota lain), masih adakah Bus Advertising yang bisa menarik orang ? Saya rasa efektifitas Bus Advertising tersebut masih menjadi tanda tanya.

Menurut saya, Bus Advertising akan efektif bila dipasang di cukup banyak bus. Lebih bagus lagi bila difokuskan pada sejumlah besar bus di jalur tertentu, misalnya dipasang pada bus-bus yang melewati jalur Sudirman-Thamrin. Tidak ada artinya bila Bus Advertising hanya dipasang pada 1-2 bus saja. Tentu saja eksekusi iklannya juga harus eye-catching - sama seperti membuat billboard - karena orang hanya akan melihat sekilas pada badan bus itu. Selain itu, saya rasa Bus Advertising akan lebih bagus bila difungsikan sebagai awaraness reminder saja, bukan sebagai media pengenalan produk baru. Kira-kira ada yang pernah dengar produk yang Bus Advertisingnya saya potret di daerah Thamrin ini ?

what do you think ?

posted by Andrias Ekoyuono ( andri )

Baca artikel ini selengkapnya ...

Pasar Becek Masih Jadi Pilihan

Monday, December 04, 2006

Di tengah mulai maraknya pasar modern yang terdiri dari hipermarket, supermarket, dan minimarket, pasar tradisional atau beken dengan sebutan "Pasar Becek" ternyata masih menjadi pilihan tempat berbelanja bagi banyak orang. Di pasar becek masyarakat masih bisa berbelanja dengan tawar-menawar dan harga yang relatif lebih murah daripada di pasar modern, terutama untuk sayuran, buah, dan sebagian besar jenis bahan lauk (ikan, tempe, ayam. dll).

Siapa bilang pasar becek hanya untuk konsumsi kalangan bawah ? Dari gambar yang diambil di pasar Cileungsi ini, bisa terlihat bahwa di tempat parkir pun berjejer berbagai jenis mobil, mulai dari Kijang Innova, Ford Escape, hingga sedan BMW. Kebetulan pasar Cileungsi memang berlokasi tidak jauh dari Jalan Alternatif Cibubur-Cileungsi dimana disitu terletak banyak kompleks perumahan. Rupanya masih banyak orang yang memegang prinsip "value for money". Dengan memanfaatkan hipermarket sebagai tempat belanja bulanan terutama bagi barang toiletris dan groceries, pasar becek sebagai tempat belanja mingguan seperti sayuran dan bahan lauk, serta minimarket untuk pembelian barang eceran (bila sediaan belanja bulanan habis atau kurang satu dua biji).

Terus bagaimana nasib supermarket ? Posisinya tentu makin terjepit di antara hipermarket yang super lengkap dan minimarket yang lebih dekat. Kemungkinan adalah supermarket mesti memperluas pilihan bahan belanjaan yang serupa di pasar becek, sehingga bisa menggantikan fungsi belanja mingguan dari pasar becek.

What do you think ?

posted by Andrias Ekoyuono ( andri )

Baca artikel ini selengkapnya ...

Semuanya Berawal Dari "The Right Who"

Thursday, November 23, 2006

Dunia pendidikan juga merupakan bisnis yang menjanjikan, kampus2 saat ini berlomba menawarkan berbagai program yang menarik bagi para calon mahasiswa. Berbagai strategi dan taktik digelar oleh universitas2 sebagaimana layaknya sebuah entitas bisnis yang bersaing dalam era hiperkompetitif.

Believe it or not, aku baru saja menerima project dari salah satu universitas di Jakarta untuk mencarikan Direktur Program Pasca Sarjana !!!

See, bahkan mereka perlu meng-hire professional consultant/headhunter untuk mendapatkan "the right who" (meminjam istilahnya pak Budiman dari GarudaFood) . Dan, ofcourse, ini berarti universitas tersebut rela mengeluarkan budget yang tidak sedikit. Sebagai informasi, program pascasarjana mereka juga telah memiliki struktur manajemen bagaikan entitas bisnis profesional, seperti memiliki marketing communication manager.

So, what do you think ?

pictures taken from school-clip-art

posted by Andrias Ekoyuono ( andri )

Baca artikel ini selengkapnya ...

"Orang Beton" di Indonesia Infrastructure 2006

Tuesday, November 07, 2006

Hari Jumat 3 November 2006, saya dapat undangan untuk mengikuti salah satu acara dalam rangkaian Indonesia Infrastructure 2006 di JHCC Senayan. Pada kesempatan itu, saya juga mampir di acara Exhibition dalam rangka Indonesia Infrastructure 2006 tersebut.

Disitu saya ketemu dengan salah satu cara attention grabber yang menarik dari salah satu stand pameran seperti terlihat dalam gambar. Perusahaan pipa beton berinisiatif membuat "orang beton" yang berjalan berkeliling arena pameran. Di "pipa beton" yang dia bawa tertulis nama perusahaan dan nomor standnya. Ide yang menarik bukan ?


posted by : Andrias Ekoyuono ( andri )

Baca artikel ini selengkapnya ...

Microsoft Memperlebar Wilayah Perang

Tuesday, October 31, 2006

Microsoft rupanya tidak hanya puas dengan menguasai pasar Operating System dan Software Office di dunia, buktinya Microsoft terus menerus memperlebar kekuasaannya. Setelah menantang Sony dan Nintendo di pasar game console melalui XBOX, Microsoft mencoba menantang dominasi IPod dari Apple di pasar portable multimedia player dengan meluncurkan Zune. Fitur-fitur perbandingan Zune ini bisa diperbandingkan dengan IPod, fitur lengkap dari Zune bisa dicek disini.

Rupanya Microsoft memang menyadari bahwa market leader tidak boleh terlena pada comfort zone, market leader harus terus berinovasi dan membuka berbagai opportunity baru. Kalau dahulu Bill Gates pernah berambisi untuk menyebarkan PC di setiap rumah dan di setiap PC tersebut ada Windowsnya, mungkin saat ini ambisinya adalah Microsoft mendominasi pada semua jenis gadget.

So what do you think ?

posted by Andrias Ekoyuono ( andri )

Baca artikel ini selengkapnya ...

Efektifkah Beriklan di Media Komunitas Wilayah ?











Saat ini bermunculan banyak media komunitas untuk wilayah tertentu, misalnya untuk wilayah : Pondok Indah, Cibubur, Kedoya, Puri Indah, dll. Media itu umumnya berbentuk majalah yang didistribusikan ke rumah, toko, dan kantor di wilayah tersebut. Majalah itu umumnya disebarkan secara gratis. Rumah saya di daerah Cibubur saja saat ini mendapat 3 majalah komunitas yang gratis tiap bulannya, yaitu Cibubur.Com, Cibubur AdInfo, dan Preview.

Seperti majalah gratis lainnya, majalah komunitas itu juga hidup dari iklan. Pertanyaannya, apakah efektif beriklan di media komunitas wilayah itu ?

Dari sudut pengalaman pribadi saya sebagai salah satu pembaca, majalah gratis itu cukup membantu dalam mencari informasi tentang barang atau jasa yang bisa didapatkan di sekitar tempat tinggal kita. Misalnya, bila ingin mencari laundry, penjahit, toko bangunan, tempat makan, jasa video editing, hingga tempat kursus. Jadi tidak perlu repot-repot mencari hingga di luar wilayah sendiri. Selain itu, informasi event yang digelar di mal/plaza atau tempat-tempat lain juga cukup bermanfaat, terutama event-event yang digelar di waktu weekend.

Melihat hal tersebut, kiranya beriklan di majalah gratis cukup bermanfaat bagi para pebisnis yang menjalankan usahanya di daerah tersebut, khususnya sangat bermanfaat bagi UKM karena budgetnya yang kecil dan cukup efektif "menembak" target marketnya. Selain itu, memasang iklan di media komunitas wilayah juga cukup efektif bagi produk dan jasa yang memiliki target market SES A dan B, karena biasanya distribusi media komunitas dititikberatkan pada perumahan kelas menengah hingga atas.

So what do you think ?

photo taken from here and here

posted by : Andrias Ekoyuono ( andri )


Baca artikel ini selengkapnya ...

Komunitas Sebagai Target Aktifitas Marketing

Wednesday, October 11, 2006

Manusia adalah makhluk sosial, sehingga manusia telah selalu dan akan memerlukan interaksi dengan manusia yang lain. Karena perlunya untuk berinteraksi itulah maka terciptalah berbagai komunitas yang umumnya terbentuk karena adanya kesamaan antar anggotanya. Kesamaan itu bisa berupa kesamaan tempat tinggal, pekerjaan, minat, pendidikan, dan lain sebagainya. Kita bisa melihat adanya komunitas mulai dari sekitar kita, seperti terbentuknya RT/ Rukun Tetangga, Fans Club Artis, Kelompok Pengajian, Arisan, Klub Pengguna Motor Merek Tertentu, Ikatan Profesional Tertentu, dan lain-lain.

Kemajuan dan globalisasi yang diidentikkan dengan meningkatnya individualisme ternyata tidak melunturkan sifat dasar manusia dalam membangun komunitas. Kemajuan teknologi telah mengantarkan manusia untuk menciptakan bentuk baru dalam berinteraksi dan bersosialisasi. Yahoo! Messenger, IRC, Mailing List, Online Forum, Weblog, dan Friendster adalah contoh bagaimana manusia tetap berusaha berkumpul dan menjalin hubungan dan berbagi kesamaan dengan manusia-manusia lain. Disitu pulalah terbangun apa yang disebut dengan komunitas virtual. Tidak jarang komunitas virtual ini berlanjut dengan terbentuknya komunitas “fisik” alias terjadi pertemuan antar para anggotanya.

Komunitas dalam berbagai bentuk itu sebetulnya merupakan berkah bagi para marketer, karena disitu telah terjadi kumpulan sekelompok orang dengan segmentasi tertentu, entah itu berupa selompok orang dengan segmentasi berdasarkan faktor geografis, demografis, psikografis, maupun behaviour. Biasanya disitu terjadi proses pertukaran informasi yang begitu cepat –apalagi dengan majunya teknologi internet- yang menciptakan word of mouth. Disitu pulalah terdapat para Key Opinion Leaders yang menjadi influencer bagi anggotanya. Influencer itu misalnya adalah ketua RT, Ketua pengajian, aktifis mailing list, pentolan kelompok hobi, pimpinan fans club, dan lain-lain.

Selanjutnya adalah tugas para marketer untuk membidik komunitas mana yang menjadi target market mereka, lalu menciptakan aktifitas marketing yang sesuai dengan targetnya. Contohnya apabila produk yang dijual adalah produk gadget premium, maka bisa memanfaatkan gathering para eksekutif ataupun mailing list pecinta gadget untuk menyebarkan informasi produknya, atau bahkan memberikan sample produknya untuk dicoba oleh mereka. Ataupun contoh yang lain adalah bila ada pembukaan restoran baru, maka bisa mengundang komunitas pencinta kuliner untuk mencoba restoran baru. Dari situ diharapkan dapat menyebar rekomendasi positif tentang produk atau jasa yang ditawarkan oleh marketer.

Namun ada hal yang perlu diingat adalah perlunya mencari aktifitas marketing communication yang tepat untuk komunitas tersebut. Umumnya aktifitasnya berupa below the line activities ataupun melakukan sponsorship pada kegiatan komunitas tersebut seperti yang dilakukan perusahaan otomotif bagi klub pengguna kendaraan mereka. Aktifitas yang dilakukan tidak harus berupa hard promo karena disitu kadang tercipta resistensi terhadap aktifitas yang “terlalu jualan”, aktifitas public relation juga cukup ampuh untuk menggiring persepsi positif sesuai dengan keiinginan marketer. Juga pendekatan terhadap influencer amat penting dilakukan sehingga diharapkan mereka akan menjadi “lokomotif” opini yang menguntungkan marketer. Marketer juga harus menjaga kejujuran dalam mengkomunikasikan produk dan jasanya, karena sekali saja target market merasa dibohongi maka rekomendasi negatif akan cepat menyebar. Kejujuran disini bukan berarti produk atau jasa harus perfect, namun marketer perlu memberikan informasi yang setransparan mungkin kepada anggota komunitas terutama bila anggota komunitas menghadapi masalah dengan produk atau jasa tersebut.

Kegiatan marketing bagi komunitas ini memang memerlukan kreatifitas yang lebih dari para marketer, namun tidak harus berbiaya besar karena marketer dapat memanfaatkan berbagai bentuk kegiatan yang murah seperti viral marketing. Semuanya bermuara pada kemauan dan kejelian para marketer untuk memilih dan mengintegrasikan aktifitas marketingnya dalam satu kerangka strategi yang tepat.

photo taken from here

Posted by Andrias Ekoyuono ( andri )

Baca artikel ini selengkapnya ...

LG Chocolate yang tidak berwarna cokelat

Monday, October 02, 2006

Rekan-rekan sudah melihat LG Chocolate kan ? LG Chocolate yang didesain cukup menarik itu disiapkan sebagai pengangkat image LG, karena tidak seperti Samsung, LG belum berhasil menjadi brand handphone yang diperhitungkan di Indonesia. Harapannya sih LG Chocolate ini mampu menarik minat konsumen dan mengangkat pamor handphone LG secara keseluruhan. Namun menariknya LG Chocolate tidak berwarna cokelat ! Bahkan LG tidak akan mengeluarkan LG Chocolate warna cokelat. Suatu langkah yang menarik, saya jadi inget katanya bos sumarketer, kalo Blue Bird udah bener2 eksis jadi sebuah brand, harusnya warna taksi Blue Bird tidak hanya biru !

so what do you think ?

Update :

ada tambahan dari bang enda di milis marketing-club seperti dibawah ini :

Chocolate kan artinya bukan warna coklat. Dalam bahasa Inggris warna coklat adalah BROWN. Definisi chocolate adalah: choc·o·late (chô'kə-lĭt, chôk'lĭt, chŏk'-) pronunciation n. 1. Fermented, roasted, shelled, and ground cacao seeds, often combined with a sweetener or flavoring agent. 2. A beverage made by mixing water or milk with chocolate. 3. A small, chocolate-covered candy with a hard or soft center. 4. A grayish to deep reddish brown to deep grayish brown. adj. 1. Made or flavored with chocolate: chocolate pudding. 2. Of a grayish to deep reddish brown to deep grayish brown.


btw, maksudku juga bukan chocolate yang artinya brown, tapi chocolate yang identik dengan warna cokelat :-) Anyway, thanks a lot buat tambahan informasinya

Baca artikel ini selengkapnya ...

J.CO Mulai Beriklan Di Koran

Monday, September 25, 2006

Ada hal baru yang saya lihat di Kompas edisi Sabtu 23 September 2006, disitulah saya pertama kali melihat iklan / newspaper-ad dari J.CO Donuts. Sebagian orang mungkin bertanya-tanya : Bukannya J.Co sudah terkenal dan itu adalah hasil iklan ? Setahu saya sebelum ini J.CO belum pernah memasang iklan di koran atau majalah (apalagi TV ). Tapi J.CO secara cerdik memanfaatkan kegiatan Public Relation (PR) dan word of mouth. Sebagai gerai donat premium pertama yang ada di Indonesia, maka J.CO telah menciptakan pemberitaan luar biasa dengan diferensiasi rasa, harga, dan suasana gerainya, serta antrian calon pembelinya. Hal itu menjadi bahan pemberitaan media yang menjadi bahan PR bagi J.CO. , sehingga J.CO tidak perlu memasang iklan untuk mendapatkan exposure dari media.

Namun, kehadiran Krispy Kreme sebagai kompetitor tentu saja harus merubah cara J.Co dalam melakukan aktifitas marketing communication. Krispy Kreme ( K.K ) memanfaatkan cara berkomunikasi yang sama dengan J.CO, KK memanfaatkan word of mouth dan juga PR, seperti acara pembukaan gerai pertamanya di Pondok Indah yang menciptakan antrian yang luar biasa panjang. Nah, J.CO sebagai market leader dan pemain pertama memang seharusnya mengantisipasi dengan memanfaatkan media komunikasi yang belum dipakai oleh kompetitor. Jadi saya rasa langkah J.CO sudah benar, J.CO harus beriklan sebelum KK beriklan. Karena being first in the mind and the market adalah hal yang cukup penting. Selain itu langkah beriklan juga antisipasi / mem-block langkah kompetitor dalam memanfaatkan media komunikasi.


Selain itu, J.CO juga mulai melebarkan sayap dengan membuka gerai di berbagai kota lain selain Jakarta, yaitu di Bandung, Surabaya, dan Makassar. Selain itu mereka juga akan segera membuka gerai di Bogor, Pekanbaru, Batam, Bali, dan Medan. Sehingga penggunaan media nasional sudah tepat dan sesuai dengan image premium dari J.CO. So, what do you think ?

photo taken from www.jcodonuts.com

posted by Andrias Ekoyuon
o

Baca artikel ini selengkapnya ...

Iklan Nike versi Materazzi

Thursday, September 21, 2006

Masih ingat kasus tandukan Zinedine Zidane ke dada Marco Materazi di final Piala Dunia 20o6 kemarin ? Momentum itu dimanfaatkan oleh Nike dengan membuat iklan versi "Every Athlete has Their Own Secret Weapon" yang menunjukkan kekuatan dada Marco Materazzi yang dihantam bola bowling, pemain American Football, penjebol pintu, bahkan mobil Jeep ! Memang dunia kreatif tidak ada matinya :-) Berikut ini bisa dilihat videonya


Baca artikel ini selengkapnya ...

Corporate Culture dan Cultural Intelligence

Friday, September 15, 2006


Hari Kamis 14 September 2006 kemarin, saya datang di acara seminar di Grand Hyatt Hotel. Seminar itu diselenggarakan oleh UPH yang menjalin kerjasama dengan NUS School of Business. Seminar itu sendiri berlangsung dengan dua pembicara yaitu Dr. AB Susanto (Jakarta Consulting Group) dan Prof. Christopher Earley (Dean, NUS School of Business).

Dr. AB Susanto memberikan tema "Becoming A World-Class Company Through Strong Corporate Culture". Disitu dijelaskan bahwa World Class Company (WCC) secara organisasi memiliki superior business performance dan dapat survive and grow. Untuk menjadi WCC ini tidak harus memiliki organisasi yang besar dan karyawan yang banyak, namun WCC adalah perusahaan yang bisa memanfaatkan 3C assets (Concepts, Competence, and Connections). Untuk menjadi WCC diperlukan syarat-syarat yaitu : financial, well developed HR, technology utilization, business network, dan strategic information. Namun syarat-syarat itu harus ditumbuhkan di lahan yang subur yang berupa good corporate culture.

Sementara pembicara yang kedua adalah Prof. Christopher Earley, berbicara tentang "Cultural Intelligence". Prof Earley menyampaikan materi tersebut dengan menarik dan komunikatif, Prof Earley ini pulalah yang bersama Elaine Mosakowski menulis tentang Cultural Intelligence di Harvard Business Review edisi Oktober 2004. Pada dasarnya Cultural Intelligence adalah kemampuan seseorang untuk beradaptasi dengan budaya baru. Kemampuan beradaptasi bukan berarti seseorang mesti bertingkah laku seperti orang asli negara teresebut, tapi kemampuan dia untuk bertingkah laku seperti apa yang orang asli negara tersebut harapkan. Cultural Intelligence memiliki tiga bagian yaitu The Head, The Heart, dan The Body.
  • The Head adalah "Thinking" --> Do I understand what is happening and can I figure out how toleran about new cultures ?
  • The Heart adalah "Energizing" --> Am I motivated to act ?
  • The Body adalah "Acting" --> Can I respond appropriately and effectively ?
Dari paparan dua pembicara tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor culture juga berpengaruh penting bagi suksesnya perusahaan maupun individu

posted by Andrias Ekoyuono ( andri )

Baca artikel ini selengkapnya ...

Kuasai Bahasa Asing Kedua

Tuesday, August 29, 2006

Salah satu cara untuk meningkatkan kompetensi di dunia kerja/bisnis adalah menguasai bahasa asing yang kedua (setelah English). Bahasa Inggris bukanlah lagi keunggulan yang cukup kompetitif, karena boleh dibilang English (dan juga kemampuan aplikasi Office) is a must ! Jadi kemampuan bahasa Inggris bukanlah suatu hal yang bisa ditawar-tawar lagi. Saat ini hampir semua bidang sudah bersentuhan dengan era global, berhubungan dengan para ekspatriat, mempelajari ilmu pengetahuan yang bersumber dari literatur bahasa Inggris atau paling tidak menggunakan istilah-istilah bahasa Inggris dalam keseharian.

Nah, untuk menambah keunggulan kompetitif serta menaikkan "harga" jual, sudah selayaknya bila rekan-rekan menguasai bahasa asing yang kedua. Pada prinsipnya, pilihan bahasa asing yang hendak dipelajari adalah tergantung minat masing-masing. Namun bila melihat tataran dunia kerja/bisnis di Indonesia, bisa dipertimbangkan untuk mempelajari bahasa Mandarin, Jepang, Korea, dan Jerman. Bahasa Mandarin, Jepang dan Korea dipilih karena merupakan bahasa ibu dari mayoritas pebisnis dan investor yang masuk ke Indonesia. Kemampuan menguasai bahasa tersebut akan memudahkan komunikasi dengan mereka yang berasal dari Singapore, Malaysia, Hongkong, China, Taiwan, Jepang, dan Korea. Sementara bahasa Jerman adalah bahasa yang berasal dari salah satu negara pengembang teknologi.

Biasanya, bila seseorang menguasai bahasa asing kedua sesuai dengan kebutuhan atau asal negara perusahaan tersebut, maka dia akan "dihargai" lebih baik, tentu saja hal ini dikarenakan isu kemudahan komunikasi dengan para ekspatriat ataupun konsumen mereka.


posted by andrias ekoyuono ( andri )

Baca artikel ini selengkapnya ...

XL mencoba memenangkan peperangan ?

Monday, August 14, 2006

XL saat ini adalah operator GSM dengan jumlah pelanggan dibawah Telkomsel dan Indosat. Namun yang menarik adalah sejak pertama kali didirikan nampaknya XL tidak hanya mengincar kemenangan di medan pertempuran seluler, tapi lebih jauh lagi XL mencoba meraih kemenangan di peperangan telekomunikasi. Sejak awal XL membangun jaringan fibre optic yang tidak hanya berguna untuk komunikasi suara, tetapi juga komunikasi data. Di era konvergensi data dan suara inilah XL menuai hasil yang tidak sedikit.

Mungkin teman2 sudah tahu bagaimana agresifnya XL menjual Business Solution mereka, mulai dari internet connection, MPLS, integrated GSM PABX, VOIP, VPN, dll. Dalam bisnis ini XL tidak head to head dengan Telkomsel. Tapi XL head to head dengan Telkom dan Indosat. Kabarnya tahun lalu XL business solution menyumbang hingga 25% dari total revenue XL, jumlah yang tidak sedikit bukan ? Sebagai bagian dari Telekom Malaysia, kabarnya XL berminat menjadi operator SLI dengan membangun backbone ke malaysia, backbone itu juga akan membuat harga bandwidth internet yang lebih kompetitif daripada backbone ke singapore seperti saat ini (Beritanya bisa dilihat disini dan disini ).

Kalau melihat langkah XL ini, saya jadi ingat bagaimana Pepsi yang kalah dari Coca-Cola dalam pertempuran industri minuman, tapi mencoba memenangkan peperangan di industri F&B dengan menguasai KFC dan Frito-Lay CMIIW.

what do you think ?

by : Andrias Ekoyuono ( andri )

Baca artikel ini selengkapnya ...

Internal Branding, Right Now !

Monday, June 05, 2006

In common business practice, company uses marketing activity to market their products and services. A company tends to use maximum efforts and spend a lot of expenses in external branding to grab more and more customers in commercial market. But, somehow they might forget to do internal branding through their employees.

Employees should represent brand promise effectively, because the employees are brand promise-keeper to the costumers, that is why internal communication should be setup to communicate values and behaviors that reflect brand promise. All employees would feel that they also own the brand, so then all marketing effort to the customers will be understandable and supported by employees. By doing internal branding, brand values would be synchronized with the corporate culture. If every employee is on board; having sense of belonging to the brand, working inline with a company's vision and mission, and continuously delivering positive experiences for customers, a company's brand will be priceless.

Conclusively, all employees are marketers; if they become your brand ambassadors then you will have great resources to win the battle in the market.


posted by : Andrias Ekoyuono ( andri )

Baca artikel ini selengkapnya ...

Duka Cita Gempa Bumi Jogja

Monday, May 29, 2006

Turut Berduka Cita Atas Musibah Gempa Bumi Yang Menimpa Jogja ( Yogyakarta, Bantul, Klaten, dan sekitarnya). Semoga semua korban dan keluarganya diberi kekuatan dan ketabahan.

jogja my second hometown

Baca artikel ini selengkapnya ...

Co Branding : Kick Andy dan Republik BBM

Friday, May 19, 2006

Semalam tertarik lihat acara talkshow Kick Andy di Metro TV karena liat iklannya yang katanya bintang tamunya adalah Presiden dan Wapres Republik BBM. Dan memang acara semalem menghadirkan para punggawa acara Republik BBM dari Indosiar, lengkap dari Presiden, Wapres, Mensesnegkab, sama Penasehat Presiden dan Produser acaranya.

Saya kira langkah ini adalah langkah Co-branding yang menarik. Setelah sempet diisukan mau dilarang tayang,kemudian sempet diundang oleh Wapres negara "tetangga" Yusuf Kalla yang ternyata tidak keberatan dengan munculnya tontonan alternatif seperti itu, maka popularitas Republik BBM di Indosiar makin tinggi. Kemudian dengan tampilnya di acara Kick Andy, maka Republik BBM juga promo di stasiun TV "tetangga", namun juga tampilnya para punggawa Republik BBM tentu juga mengangkat pamor dan (mungkin) rating acara Kick Andy sendiri.
Sehingga dua acara ini boleh dibilang cukup cerdik melakukan co-branding.

posted by : Andrias Ekoyuono ( andri )

Baca artikel ini selengkapnya ...

Biomucil menantang Vegeta

Tuesday, May 09, 2006

Beberapa kali sempat lihat iklan TV produk baru Biomucil dari Konimex. Benefit yang ditawarkan benar2 mengkesploitasi kelemahan Vegeta yaitu dapat dicampur langsung dengan makanan, cepat larut dan tidak menggumpal. Warnanya juga bukan kuning. Dari iklannya juga terlihat mau langsung head-on dengan Vegeta karena didalam iklan diperlihatkan Biomucil dan satu produk lain yang warnanya kuning.

Kalau liat atribut yang ditawarkan,saya melihat faktor luasan distribusi dan aktifitas BTL seperti sampling diperlukan untuk mendorong kesuksesan dari Biomucil. Orang sudah teredukasi dengan baik oleh Vegeta bahwa seperti Vegetalah bentuk minuman berserat. Juga perlu hati2 dengan masalah rasa, karena kalau rasanya tidak oke maka konsumen cenderung sekedar trial aja.

Any komen ?

posted by Andrias Ekoyuono ( andri )

Baca artikel ini selengkapnya ...

Greenpeace : brand yang sukses

Thursday, April 20, 2006

Greenpeace adalah contoh sukses brand Non Government Organization di dunia. Positioningnya sangat kuat sebagai NGO yang concern terhadap berbagai masalah kerusakan lingkungan di dunia. Para aktivisnya sepertinya sudah begitu menjiwai brand greenpeace sehingga dapat melakukan hal-hal heroik seperti berhari-hari mengejar dan menginvestigasi kapal yang kapal pencuri ikan, ataupun membentangkan spanduk di depan kapal pembawa kayu ilegal. Dan karena aksi2 heroik itulah Greenpeace juga mendapat exposure yang besar dari media sehingga makin memperkuat brand awarenessnya. Hebatnya pula, Green peace mendapatkan funding bukan dari korporasi maupun pemerintah, sehingga bisa diyakini bahwa banyak orang yang sangat percaya akan kekuatan brand Greenpeace dan "produk-produk" dan value yang di tawarkannya sehingga banyak orang bersedia mengucurkan dananya bagi kegiatan Greenpeace.

Apakah brand Greenpeace sudah setingkat dengan brand Harley Davidson ?

posted by : Andrias Ekoyuono ( andri )

photo courtesy of www.greenpeace.org

Baca artikel ini selengkapnya ...

Softex Menggeliat

Monday, April 17, 2006

Softex rupanya benar2 all out untuk fight merebut kembali tahta penguasa sanitary napkins, mengingat brand Softex sempat menjadi brand generik untuk sanitary napkins. Pergerakannya mulai dari pemilihan 3 D'girlz Softex dengan masing2 gadis merupakan representasi karakter target konsumennya (tentu saja inline dengan variannya), bikin basket ke sekolah2, sponsor konser musik, dan juga ADA band dengan lagunya. Mereka bahkan juga buat film bioskop dengan judul "D'girlz begins" dengan bintang 3 D'Girlz Softex.

Langkah Softex memang benar all out, selain salah satu faktornya adalah hadirnya pak Rudolf Tjandra yang bekas orang Sampoerna dan membawa marketing style dari rokok ke Softex, juga adalah faktor willingness dari brand owner untuk mau mengucurkan dana yang ruar biasa besar.Mungkin para ownernya juga sudah sadar bahwa untuk pengguna sanitary napkins yang sudah dewasa memang sulit digeser dari brand kepercayaannya serta Softex sudah cukup kuat awarenessnya di kalangan konsumen dewasa , makanya Softex gempur habis2 an di segmen teen yang diharapkan akan menjadi konsumen loyal. Soalnya di teen sepertinya goyangan Kotex juga cukup kuat,setelah melakukan pemilihan Cwex Kotex,para pemenangnya di 3 kota terus menerus diajak untuk melakukan kegiatan BTL, dengar2 pelan2 market sharenya juga naik. Laurier - sang market leader- sepertinya juga sempat bereaksi dengan bikin semacam pemilihan icon, tapi gaungnya seperti tertelan oleh sepak terjang Softex dan Kotex.

any komen...

posted by : andrias ekoyuono ( andri )

Baca artikel ini selengkapnya ...

Air RahMat : blue Ocean ?

Tuesday, April 04, 2006

Baca berita di detik.com kalo ada produk Air RahMat hasil riset bantuan USAid. Air RahMat ini semacam cairan untuk membunuh bakteri di air sehingga air bisa langsung diminum. Detail tentang spesifikasi air Rahmat bisa dilihat disini. Harganya sekitar 4000 untuk 100 mili liter. Cara pakainya cukup dengan meneteskan 4 tetes ke air 1 liter, dikocok 30 detik, lalu didiamkan 30 menit. Konon kabarnya airnya bisa langsung diminum tanpa dimasak.

Nah, bila bener seperti itu fungsi air RahMat, berarti dia Blue Ocean dong, produk ini kategorinya belum populer untuk dikonsumsi secara massal. bener gak ?

Tapi saya kok masih meraba-raba ya tentang prospek air RahMat ini, terutama dengan distribution channel yang bisa dibangun oleh Air RahMat ini, apakah akan didistribusikan seperti makanan, OTC, atau masuk ke peralatan rumah tangga ? Apakah jadi indirect competitor buat AMDK seperti Aqua dkk ?

The photo is courtesy www.jhuccp.org

posted by : andrias ekoyuono ( andri )

Baca artikel ini selengkapnya ...

Inovasi (Besar) Harus Diluncurkan Berdasarkan Intuisi ?

Monday, March 27, 2006

Riset merupakan instrumen penting yang dilakukan sebelum meluncurkan produk ke pasaran. Riset itu bisa dilakukan dengan Focus Group Discussion (FGD) ataupun metode lain yang dilakukan untuk memperkirakan reaksi pasar terhadap produk baru itu. Riset bisa juga dilakukan dengan mensarikan trend yang sedang berkembang di masyarakat saat ini.

Namun ternyata ada beberapa produk sukses besar di pasaran meskipun sebelumnya dianggap bakal gagal oleh sebagian orang karena dianggap tidak mengikuti kaidah trend yang berkembang maupun karena tidak berhasil melewati FGD. Contohnya buku Harry Potter yang sukses besar, meskipun sebelumnya sempat ditolak berbagai penerbit besar karena dianggap tidak sesuai dengan trend. Ataupun contoh yang lain adalah kesuksesan sinetron Si Doel Anak Sekolahan yang sebelumnya sempat ditolak stasiun TV lain karena dianggap berbeda dibanding pakem sinetron secara umum. Sedangkan produk seperti kursi Aeron yang dianggap tidak bakal sukses menurut tes pasar, namun ternyata bisa sukses besar.

Menurut Malcom Gladwell di buku "Blink", memang orang cenderung "kaget" bila melihat sesuatu yang berbeda, akibatnya riset pasar cenderung merespon negatif untuk inovasi (besar). Berbeda bila inovasi (besar) itu diberikan kepada para pakar yang biasanya akan lebih tepat dan tidak "kaget" dalam menemui inovasi besar, sehingga penilaian dan intuisi dari pakar biasanya akan lebih tajam dalam menilai inovasi.

Akhirnya, bagaimana bila kita hendak meluncurkan produk yang merupakan hasil inovasi besar ? Apakah kita percaya sepenuhnya market research atau berdasarkan intuisi kita ? Nampaknya faktor keberanian pemilik brand/produk akan berperan besar dalam menentukan peluncuran produk tersebut.

posted by : andrias ekoyuono ( andri )

Baca artikel ini selengkapnya ...

Avon Cabut Dari Indonesia

Tuesday, February 14, 2006


Setelah sebelumnya menutup produksinya, kosmetik Avon benar2 akan keluar dari Indonesia. Sebelumnya diperkirakan Avon cuma akan menutup pabriknya namun akan tetap memasarkan produk Avon dengan mengambil produknya dari pabrik di Malaysia atau Thailand. Namun ternyata Avon akan benar2 cabut dari Indonesia termasuk dengan tidak akan lagi memasarkan produknya di Indonesia kecuali hanya menghabiskan stock saja, Avon akan menutup semua counter termasuk counter2 franchise mereka.

Apakah kegagalan Avon di Indonesia dikarenakan mereka salah setup 4P ? Kata temen2 yang cewek, produk Avon itu terlalu mahal, tidak sebanding dengan kualitasnya, imagenya untuk kalangan menegah tapi price nya termasuk lumayan mahal. Selain itu Avon seperti mencoba-coba dalam membuat distribution channel, setelah mencoba lewat jalur direct selling, akhir2 ini produk Avon ternyata juga dijual bebas. CMIIW

Apakah ini juga salah satu bukti bahwa sebuah brand tidak boleh serba nanggung dalam positioning ?

any komen pls..

photo courtesy of www.avon.com

posted by : andrias ekoyuono ( andri )

Baca artikel ini selengkapnya ...