Komunitas Sebagai Target Aktifitas Marketing

Wednesday, October 11, 2006

Manusia adalah makhluk sosial, sehingga manusia telah selalu dan akan memerlukan interaksi dengan manusia yang lain. Karena perlunya untuk berinteraksi itulah maka terciptalah berbagai komunitas yang umumnya terbentuk karena adanya kesamaan antar anggotanya. Kesamaan itu bisa berupa kesamaan tempat tinggal, pekerjaan, minat, pendidikan, dan lain sebagainya. Kita bisa melihat adanya komunitas mulai dari sekitar kita, seperti terbentuknya RT/ Rukun Tetangga, Fans Club Artis, Kelompok Pengajian, Arisan, Klub Pengguna Motor Merek Tertentu, Ikatan Profesional Tertentu, dan lain-lain.

Kemajuan dan globalisasi yang diidentikkan dengan meningkatnya individualisme ternyata tidak melunturkan sifat dasar manusia dalam membangun komunitas. Kemajuan teknologi telah mengantarkan manusia untuk menciptakan bentuk baru dalam berinteraksi dan bersosialisasi. Yahoo! Messenger, IRC, Mailing List, Online Forum, Weblog, dan Friendster adalah contoh bagaimana manusia tetap berusaha berkumpul dan menjalin hubungan dan berbagi kesamaan dengan manusia-manusia lain. Disitu pulalah terbangun apa yang disebut dengan komunitas virtual. Tidak jarang komunitas virtual ini berlanjut dengan terbentuknya komunitas “fisik” alias terjadi pertemuan antar para anggotanya.

Komunitas dalam berbagai bentuk itu sebetulnya merupakan berkah bagi para marketer, karena disitu telah terjadi kumpulan sekelompok orang dengan segmentasi tertentu, entah itu berupa selompok orang dengan segmentasi berdasarkan faktor geografis, demografis, psikografis, maupun behaviour. Biasanya disitu terjadi proses pertukaran informasi yang begitu cepat –apalagi dengan majunya teknologi internet- yang menciptakan word of mouth. Disitu pulalah terdapat para Key Opinion Leaders yang menjadi influencer bagi anggotanya. Influencer itu misalnya adalah ketua RT, Ketua pengajian, aktifis mailing list, pentolan kelompok hobi, pimpinan fans club, dan lain-lain.

Selanjutnya adalah tugas para marketer untuk membidik komunitas mana yang menjadi target market mereka, lalu menciptakan aktifitas marketing yang sesuai dengan targetnya. Contohnya apabila produk yang dijual adalah produk gadget premium, maka bisa memanfaatkan gathering para eksekutif ataupun mailing list pecinta gadget untuk menyebarkan informasi produknya, atau bahkan memberikan sample produknya untuk dicoba oleh mereka. Ataupun contoh yang lain adalah bila ada pembukaan restoran baru, maka bisa mengundang komunitas pencinta kuliner untuk mencoba restoran baru. Dari situ diharapkan dapat menyebar rekomendasi positif tentang produk atau jasa yang ditawarkan oleh marketer.

Namun ada hal yang perlu diingat adalah perlunya mencari aktifitas marketing communication yang tepat untuk komunitas tersebut. Umumnya aktifitasnya berupa below the line activities ataupun melakukan sponsorship pada kegiatan komunitas tersebut seperti yang dilakukan perusahaan otomotif bagi klub pengguna kendaraan mereka. Aktifitas yang dilakukan tidak harus berupa hard promo karena disitu kadang tercipta resistensi terhadap aktifitas yang “terlalu jualan”, aktifitas public relation juga cukup ampuh untuk menggiring persepsi positif sesuai dengan keiinginan marketer. Juga pendekatan terhadap influencer amat penting dilakukan sehingga diharapkan mereka akan menjadi “lokomotif” opini yang menguntungkan marketer. Marketer juga harus menjaga kejujuran dalam mengkomunikasikan produk dan jasanya, karena sekali saja target market merasa dibohongi maka rekomendasi negatif akan cepat menyebar. Kejujuran disini bukan berarti produk atau jasa harus perfect, namun marketer perlu memberikan informasi yang setransparan mungkin kepada anggota komunitas terutama bila anggota komunitas menghadapi masalah dengan produk atau jasa tersebut.

Kegiatan marketing bagi komunitas ini memang memerlukan kreatifitas yang lebih dari para marketer, namun tidak harus berbiaya besar karena marketer dapat memanfaatkan berbagai bentuk kegiatan yang murah seperti viral marketing. Semuanya bermuara pada kemauan dan kejelian para marketer untuk memilih dan mengintegrasikan aktifitas marketingnya dalam satu kerangka strategi yang tepat.

photo taken from here

Posted by Andrias Ekoyuono ( andri )

1 comments:

Anonymous said...

setuju