Panic Marketing

Tuesday, October 02, 2007

Memasuki quarter ke 4 biasanya merupakan saat-saat menegangkan bagi marketer, karena di quarter inilah akan ditutup pencapaian tingkat penjualan dari suatu produk dalam 1 tahun. Bila hasil quarter 1 sampai 3 cukup memuaskan, maka marketer bisa bernapas lega karena berarti strategi dan taktik marketing dan salesnya cukup ampuh dalam menghadapi kondisi market, sehingga tidak diperlukan perubahan signifikan pada strategi dan taktik yang sudah disusun sejak awal.

Namun lain soal bila mendekati akhir tahun tetapi belum nampak tanda-tanda menggembirakan menuju pencapaian target penjualan, maka saat-saat bulan seperti ini bisa muncul perubahan-perubahan signifikan pada strategi marketing dan sales. Perubahan strategi/taktik sebenarnya merupakan hal yang wajar dalam rangka adaptasi terhadap kondisi market serta respon terhadap gerak kompetitor, namun kadang perubahan-perubahan itu lebih merupakan reaksi kepanikan sehingga muncul inkonsistensi yang sangat menyolok dari strategi/taktik itu. Hal itulah yang saya sebut sebagai "Panic Marketing".

Masih ingat dengan tema komunikasi dari XL Bebas yang versi "Tanpa Syarat Apapun" ? Dimana disitu dikomunikasikan simpelnya tarif XL Bebas yang menerapkan tarif sesama XL dan lintas operator yang cukup sederhana dan murah, dan yang paling penting tarif itu berlaku tanpa syarat dan ketentuan berlaku. Komunikasi itu (lewat iklan TV, printAd, dll) seakan menohok kompetitor yang menerapkan berbagai syarat agar pelanggannya dapat menikmati tarif murah.


Namun belum lama ini XL Bebas mengganti tema komunikasinya, tepat setelah komunikasi "Tanpa Syarat Apapun", saat ini XL Bebas mengkomunikasikan tarif "Rp. 1/ detik" yang ternyata memiliki syarat dan ketentuan tertentu agar pelanggan XL Bebas bisa menikmatinya. Menurut XL, syarat dan ketentuan itu berbeda di tiap daerahnya, misal Rp.1/detik itu berlaku setelah 2 menit pembicaraan.

Saya mengerti memang persaingan tarif sudah nampak sangat keras di industri seluler, namun komunikasi yang berlawanan pada saat berurutan ? hmmm...I don't think that's a good idea. Bukankah itu nantinya membuat orang merasa XL tidak memenuhi janji sebelumnya ? Apa yang diharapkan seorang konsumen dari industri service selain pemenuhan janji ?Bukankah iklan Rp.1/detik dengan tanda * (syarat dan ketentuan berlaku) bisa menyusahkan orang yang tidak teliti ?
Bukankah lebih baik bila XL melakukan promo Rp 1/detik tanpa syarat apapun ? Sepertinya XL dikenai kejar tayang dalam mengejar target jumlah pelanggan di tahun 2007 :-) . Inikah Panic Marketing ?

What do you think ?

posted by : Andrias Ekoyuono ( andri )
picture taken from here

6 comments:

Anonymous said...

Yang bombastis ya Panic Marketing nya Mentari laahh...
Tidak ada yg lebih murah dari Rp. 0/dtk (dengan syarat yg bikin pusing...)

Anonymous said...

wuehehehe...lucu istilahnya ya? PANIC MARKETING?? :))

Anonymous said...

Sebuah posting yang amat memikat. Dan sebuah pengamatan yang jeli. Panic Marketing....I really like this phrase. Ya, saya rasa XL mengalami kepanikan yang cukup besar. Kelihatannya seperti itu.

andri said...

#rezayazdi
Namun saya rasa inkonsistensi lebih terlihat pada komunikasi dari XL, maka disitu saya sebut sebagai Panic Marketing

#venus
hehehe...itulah namanya istilah mbok :-D

#blog strategi+manajemen
itu sih berdasarkan pengamatan orang luar seperti saya, dan nampaknya kita sama2 sepakat :-)

Anonymous said...

Akhir triwulan ke III merupakan perkiraan dari tim marketing apakah target bisnis tercapai. Disadari bahwa marketing merupakan ujung tombak untuk menjual produk/jasa...
kesalahan pendekatan disini bisa menyebabkan hasil yang berlawanan dari yang diinginkan.

Andri...idenya bagus tuh...panic marketing....bener juga.

andri said...

#edratna
Termasuk kalau kesalahan pendekatan waktu cari calon istri/suami ya bu, bisa jadi panic juga