Telematika (bukan) Sekedar Gaya Hidup

Monday, October 10, 2005

Anda mengikuti berita penangkapan Imam Samudera ? Menurut berita, dia berhasil ditangkap ketika dipancing melalui komunikasi lewat internet dengan rekannya yang telah terlebih dahulu ditangkap, sehingga dapat diketahui lokasi keberadaan Imam Samudera saat itu. Seperti telah banyak dilansir oleh media massa, Imam Samudera fasih dalam menggunakan komputer dan internet. Ia sering menenteng laptop dan berkomunikasi ke dunia maya melalui teknologi GPRS. Kefasihannya dengan internet juga dibuktikan dengan pilihannya untuk menggunakan proxy server setiap kali menggunakan salah satu warnet di kota Solo, yang tentu saja bermaksud untuk menyulitkan pelacakan dari pihak berwenang. Bahkan Imam Samudera sempat memperbaiki kerusakan laptop polisi yang menyidiknya. Atau ketika Tommy Soeharto tertangkap, ternyata polisi berbekal analisa komunikasi ponselnya, sehingga dapat diperkirakan lokasi keberadaan orang yang pernah menjadi buronan nomor wahid dari kepolisian.


Semua itu membuktikan bahwa penguasaan teknologi telekomunikasi dan informatika (telematika) bukan hanya penting untuk kalangan akademis ataupun pebisnis, tetapi juga perlu untuk dikuasai oleh kalangan-kalangan lain. Apalagi merupakan tren penggunaan telematika ini telah menjadi suatu gaya hidup terutama di masyarakat perkotaan. Hal ini dapat terlihat dengan makin meningkatnya pengguna telepon seluler, menurut catatan Asosiasi Telepon Selular Indonesia, jika tahun 2000 pelanggan seluler berjumlah 3,67 juta, maka di akhir tahun 2001, industri seluler melayani pelanggan yang hampir dua kalinya, yaitu 6,57 juta pemakai ponsel, dan tahun ini diperkirakan mencapai 8-9 juta pelanggan. Sedangkan jumlah pengakses internet di Indonesia hampir mencapai 2 juta orang. Tren tersebut juga merambah ke lingkungan pemerintahan, ditandai dengan masuknya teknologi e-government hingga ke tingkat pemerintah kabupaten/kota.

Tren dan Gaya Hidup


Namun peningkatan jumlah pengguna tersebut tidak sejalan dengan kesiapan pengguna untuk memasuki era telematika itu sendiri. Masyarakat umum hanya melihat telematika sebagai bagian dari gaya hidup serta tidak berusaha memahami fungsi dan manfaatnya. Ponsel, internet, dan berbagai teknologi sejenis hanyalah dipandang sebagai kosmetik semata.


Orang beramai-ramai membeli dan mengganti ponselnya dengan teknologi terbaru yang berisi bermacam fasilitas, tetapi berapa persen dari mereka yang memerlukan semua fasilitas dalam ponsel terbaru itu atau paling tidak apakah mereka mengetahui fungsi dari fasilitas-fasilitas terbaru tersebut. Terakhir, di saat produsen ponsel memperkenalkan webcam pada ponsel mereka, maka orang-orang pun membelinya tanpa pertimbangan apakah operatornya telah mendukung MMS (Multimedia Messaging Services) di wilayahnya atau belum. Pertimbangan yang digunakan hanyalah bahwa ponsel dengan webcam akan mempergaya penampilan. Lemahnya etika berkomunikasi juga mewarnai para pengguna ponsel di negeri ini, betapa jamaknya kita melihat orang mengemudi mobil sambil bertelepon-ria (padahal di beberapa negara lain bertelepon di mobil telah dilarang karena membahayakan konsentrasi pengemudi). Ataupun juga kadang terdengar dering ponsel di dalam tempat ibadah, ruang kelas, dan ruang rapat.

Saat internet banking diperkenalkan, masyarakat juga bergegas untuk memakainya. Tetapi sebagian dari mereka juga tidak memahami terlebih dahulu cara bertransaksi yang aman melalui internet. Maka terjadilah beberapa kasus nasabah kebobolan rekeningnya. Ketika diusut, kebanyakan kasus terjadi karena kecerobohan nasabah dalam memanfaatkan teknologi tersebut, seperti nasabah salah mengetikkan alamat situs (hingga terjadi kasus klikbca.com yang menghebohkan yang disebabkan nasabah salah ketik menjadi clickbca.com atau beberapa alamat-alamat lain yang mirip), juga karena nasabah meninggalkan username dan passwordnya secara sembarangan di warnet. Padahal pihak penyedia jasa internet banking telah berupaya cukup maksimal untuk keamanan transaksi, tetapi ketidaktahuan pengguna dapat membuat upaya dari pihak penyedia jasa menjadi sia-sia.


Pemandangan yang serupa juga terjadi ketika e-government mulai memasuki pemerintah propinsi dan pemerintah kabupaten/kota, terutama berkaitan dengan era otonomi daerah. Ketika pemerintah propinsi atau kabupaten berlomba-lomba membuat situs daerahnya dan memanfaatkan sistem informasi online. Kehadiran e-government tidak diimbangi dengan ketersediaan sumberdaya manusia yang siap untuk memanfaatkannya. Terlihat dari ketidaksiapan pemerintahan daerah dalam memanfaatkan teknologi paperless dalam administrasi yang sebenarnya merupakan salah satu keuntungan dari penerapan e-government. Atau kurangnya tenaga perawatan sehingga sistem tersebut tidak berfungsi maksimal. Juga menguatnya kesan pemanfaatan e-government sebagai ajang mencari proyek oleh sebagian kalangan, kesan itu muncul setelah melihat biaya pembuatan situs atau sistem informasi yang jauh diatas batas kewajaran.

Edukasi Teknologi

Contoh-contoh diatas kiranya cukup untuk menyimpulkan ketidaksiapan masyarakat umum memasuki era telematika. Menilik dari maksud pemunculannya, telekomunikasi maupun informatika bertujuan untuk mempermudah kehidupan manusia. Dengan hadirnya telematika, maka mau tidak mau kita dihadapkan pada kecenderungan dunia global, dimana sekat-sekat geografis maupun kepentingan menjadi makin semu. Kepentingan bisnis, politik, hingga kriminal menjadi kegiatan yang tidak lagi terhambat oleh jarang, ruang, dan waktu. Sehingga diperlukan peningkatan pengetahuan masyarakat umum maupun pemerintah dan aparat akan telematika. Tentu saja kita tidak ingin bangsa kita hanya menjadi bangsa yang berwatak konsumtif akan teknologi, tetapi juga mampu memanfaatkannya secara produktif, sehinga pada gilirannya akan memaksimalkan peran penggunanya dalam kehidupan sosial, budaya, ekonomi, dan juga meningkatkan pelayanan pemerintah dan aparat kepada masyarakat.

Edukasi tentang teknologi tidak hanya berhenti pada cara pakai teknologi tetapi juga fungsi, dampak, keuntungan dan kerugian dari teknologi tersebut. Penggandaan simcard, penipuan lewat SMS, carding, cracking, hingga cyberwar merupakan sebagian dari resiko yang perlu dikenal oleh masyarakat dan aparat. Regulasi dari pemerintah tentunya diharapkan mampu membuka pintu seluas-luasnya bagi pemanfaatan telematika, tetapi juga harus dibarengi dengan kesiapan hukum dan aparat penegak hukum untuk menangani berbagai tindak penyalahgunaan. Memang aparat perlu bekerja keras untuk mempelajari dan memahami teknologi, tetapi hasil yang didapat sebanding dengan kerja keras tersebut, seperti contoh keberhasilan penangkapan Imam Samudera dan Tommy Soeharto yang dipaparkan diatas.

Teknologi telematika bukanlah momok yang harus dijauhi karena resikonya, bukan pula sekedar kosmetik gaya hidup, tetapi teknologi yang selayaknya mendatangkan manfaat sebesar-besarnya bagi bangsa kita.

2 comments:

Anonymous said...

OpenDocument gathers worldwide support
The Fellowship, formed in September, has attracted support and interest from around the globe.
Your blog is soo great.. I'm definitely going to bookmark you!

I have a netpay site/blog. It pretty much covers netpay related business.

Come and check it out if you get time :-) Im waiting...

Anonymous said...

Blogger hopes to save Jeeves from ostracism
It's never been easy being Jeeves, the dapper cartoon butler who serves as mascot to East Bay search engine Ask Jeeves and was often the butt of jokes.
Emmanuel here!

Peace be with you

Hey, you have a great blog here great stuff!! I'm definitely going to bookmark you and tell my friends about you!!!

I have a MEDITATION site/blog. It pretty much covers MEDITATION related stuff.

Come and check it out if you get time :-) Its worth your time!