Ibarat gadis, maka sensualitas sarjana Teknologi Informasi (TI) memang menggiurkan. Berbagai bidang selalu melirik sarjana teknologi informasi untuk melengkapi “amunisi” mereka. Industri, pemerintahan, militer, hingga pendidikan memerlukan ahli-ahli TI untuk mendukung, memperlancar dan mengembangkan bidang-bidang mereka tersebut. Namun, seperti gadis sexy, cukupkah hanya bermodal sensualitas ilmu TI saja ? Lebih jauh, apakah para sarjana TI akan berhenti pada tahap dilirik saja ? Atau dimanfaatkan ke sexy annya sebagai etalase semata ?
Dalam perkembangan dunia, TI sudah menjadi salah satu senjata yang penting di hampir semua bidang. Namun, itu belum tentu berbanding lurus dengan nasib lulusan TI, maupun para profesional dan ahli bidang TI. Mulai dari kesempatan kerja yang makin menyempit, persaingan di dalam dunia kerja yang keras, hingga penghargaan yang tidak seimbang dengan peran TI yang besar (taruhlah bila dibandingkan akuntan atau lawyer).
IndonesiaMemang sarjana TI mesti menguasai ilmu TI karena disitulah letak sensualitas kita. Namun itu saja tidak cukup. Karena ada ribuan orang Indonesiayang memiliki sensualitas serupa. Mereka juga memiliki gelar sarjana komputer / sarjana teknik yang sama sensualnya dengan kita. Atau mungkin mereka juga sama-sama telah menunjukkan keahlian TI yang dibutuhkan. Maka dari itu, diperlukan bekal yang cukup untuk bisa bersaing. Karena kompetisi itu tidak hanya terjadi ketika lulus kuliah, tapi juga ketika sudah bekerja.
Communication Skill
Kita hidup sebagai makhluk sosial, maka kita wajib berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pekerjaan pun, kita akan dihadapi masalah kerja tim. Komunikasi yang terjadi tidak hanya antar orang TI, tapi juga dengan divisi dan departemen lain. Kendala utama adalah menjembatani komunikasi antara orang TI dan orang awam TI (misal:dengan client kita). Disinilah diperlukan skill dan pengalaman berkomunikasi. Juga perlu diperhatikan, English is a must ! Semua pengetahuan kebanyakan berasal dari negara-negara bule, bahkan kita juga sering menggunakannya dalam komunikasi verbal dan tulis dengan banyak pihak. So, tidak ada kata terlambat untuk belajar English, meskipun sudah bekerja.
Continuously Learning
Ilmu terus berkembang, pengetahuan terus bertambah. Kita berusaha untuk terus-menerus update pengetahuan saat kuliah, saat baru lulus, maupun saat telah lama bekerja. Keunggulan pengetahuan terbaru akan mengantar kita menjadi lebih kompetitif, serta memiliki nilai lebih dibandingkan orang lain. Tentu kita akan memulai nilai lebih bila kita mampu menerangkan bahkan mengimplementasikan –misalnya- WiMax, Aspect Oriented Programming, W-CDMA, dan lain-lain, Don’t we ?
Thinking Outside The Box
IndonesiaWake up guys ! Ilmu itu tidak cuma bidang TI. Kita sebaiknya tidak berpikir didalam “kotak” TI. Wawasan dan pengetahuan lain diluar TI juga amat diperlukan. Maka sedikit-sedikit baca bukunya Gede Prama, Al Ries, Jack Trout, Malcolm Galdwell, Philip Kotler, Rhenald Kasali, Kwik Kian Gie, M. Akhyar Adnan, Wimar Witoelar, Nurcholish Madjid, dan lain-lain juga bagus untuk kita. (siapa sih mereka ? :D). Luangkan waktu untuk baca-baca DetikNews, Kompas, SWA, BusinessWeek, dan bacaan lain. Sehingga kita benar-benar mengerti kondisi makro dan mikro Indonesia
In fact, sebagian besar CEO dan direksi perusahaan adalah orang-orang berlatar belakang pengetahuan Finance / Accounting / Manajemen / Marketing.
Implementasi – Implementasi - Implementasi
Ilmu dan wawasan yang bejibun tidak akan ada gunanya bila tidak diimplementasikan. Ibarat pedang, maka pedang akan berguna bila diasah dan dipakai bertarung. Dengan implementasi di dunia nyata, maka intuisi kita makin terasah. Naluri dan “penciuman” kita juga akan makin tajam bila kita sering berada di tengah-tengah dunia nyata.
Ada kalanya kita dihadapi ketakutan-ketakutan ketika mencoba “turun gunung”. “Aku mampu gak ya ?” . Go for it ! Gak perlu ragu-ragu lagi.
posted by : andrias ekoyuono ( andri )
0 comments:
Post a Comment