Ada Apa Dengan Market Musik Indonesia ?

Wednesday, January 16, 2008

Tahun 2007 lalu, setahu saya tidak ada album musisi Indonesia yang terjual diatas 1 juta copy di Indonesia CMIIW. Padahal hingga 2 tahun lalu, kita masih sering mendengar album musisi Indonesia terjual di atas 1 juta copy seperti albumnya Peterpan (Bintang di Surga), 3 album pertamanya Sheila on 7, albumnya Padi ( Sesuatu Yang Tertunda) , Dewa (Bintang Lima & Cintailah Cinta), Jamrud ( Ningrat ), dll. Padahal musisi-musisi hits maker itu masih ada dan juga bermunculan musisi-musisi baru, namun kesuksesan penjualan album diatas 1 juta copy sepertinya tidak terulang oleh artis manapun di tahun 2007. Ada apa dengan market musik Indonesia ?

Pembajakan tentu menjadi salah satu faktor. Dengan makin mudahnya mendapatkan CD/VCD album versi bajakan serta ditunjang harga yang murah tentu membuat sebagian orang memilih membeli bahkan mengcopy barang bajakan. Ditambah lagi bergesernya pola mendengarkan lagu dari kaset/CD audio ke mp3, maka makin mudahlah orang memilih mendengarkan mp3 (bajakan) daripada membeli kaset/CD album yang asli.

Kompetisi pun makin ketat dengan hadirnya banyak album dari musisi baru maupun lama. Samsons, Ungu, Nidji, Letto, Drive, Ratu hingga Kangen Band. Juga para penyanyi solo
seperti Bunga Citra Lestari, Ussy, hingga Intan Nuraini. Belum lagi album-album indie yang makin mudah dibuat seiiring makin mudahnya melakukan recording dan mixing. Dengan banyaknya album, tentu membuat kue market yang sedang mengecil makin terbagi.

Selain itu, saya juga mengamati bahwa saat ini sedang terjadi pergeseran perilaku penikmat musik. Saat ini orang lebih menikmati lagu, kalau ada lagu yang enak dan cocok, maka akan disukai, tidak peduli siapa musisinya. Sehingga susah sekali untuk membuat basis fans yang berjumlah besar untuk musisi-musisi saat ini. Berbeda dengan masa-masa jayanya KLa yang punya KLanis, Iwan Fals dengan Oi nya, dan Slank dengan Slankersnya. Padahal basis fans yang besar adalah customer base yang mampu menjamin tingkat penjualan setiap album. Sayang sekali musisi yang memiliki basis fans yang besar yang masih ada (Iwan Fals dan Slank) itupun tidak mampu memanfaatkan fansnya untuk mendongkrak penjualan album diatas 1 juta copy, karena terbentur faktor segmen fansnya -yang berdasarkan asumsi saya- merupakan market album bajakan.

Namun dibalik semua kesulitan yang dialami dalam penjualan album musisi, terdapat juga hal baru yang menguntungkan. Yaitu munculnya channel penjualan baru seiring berkembangnya teknologi digital dan telekomunikasi. Ring Back Tone adalah salah satu channel penjualan yang menjanjikan, ditambah lagi ring back tone terbebas dari kemungkinan pembajakan. Selain itu, mulai muncul digital-music store online (seperti IM:Port) dan offline (seperti Digital Beat Store) adalah peluang yang perlu terus dicermati. Nah para musisi dan marketer recording company tentu perlu segera mengamati peluang-peluang tersebut.

Nah, bagaimana dengan tahun 2008 ini ? Ada yang punya pendapat ?


posted by Andrias Ekoyuono ( andri )
for Inspirasi dan Studi Kasus Marketing Indonesia

picture taken from here

14 comments:

Anonymous said...

Barusan saya baca (maaf lup referensinya), Ringback tone jadi sumber pendapatan no. 1 artis2. Pinter juga ya, walaupun album ga laris.. tapi ada penghasilan lain. Duit manggung live juga besar tuh :)

Anonymous said...

Wah kalo saya niey dari dulu udah ilfil beli CD, teknologi seumur saya tapi harganya mahal. Makanya saya lebih prefer donlod2 MP3, gretongan. Tapi ide store musik online ok juga tuh, yang jualnya per lagu kan tapi ori?

Anonymous said...

Dulu Pak Budi Rahardjo pernah bikin polling tentang penjualan MP3 ori. Hasilnya mayoritas (orang Indonesia) setuju. Nggak ada masalah soal beli lagu.

Penjualan lagu juga salah satu yang membuat iTunes, dsb jadi kaya raya :P

Ancilla said...

Tapi skarang format CD sudah adaptasi juga.. Banyak CD original yang harganya terjangkau. HeHeHe...

Kata teman saya yang bekerja di dunia video clip dkk, memang artis (indonesia ya) itu mendulang pundi-pundi bukan dari banyaknya kaset atau CD yang terjual. Tapi sampingannya. Mis: model iklan, ring back tones dan kalau lagunya jadi soundtrack sinetron atau jingle iklan.


*boleh saya backlink?

Anonymous said...

tahun 2008 saya kira juga tidak jauh dari angka2 penjualan di tahun 2007, malahan bisa lebih turun lagi, kalaupun laku keras dipasaran tetap saja sangat sulit mendapatkan satujuta copy, karena perangkat audio MP3 diprediksi semakin murah dan penikmat gadget ini juga akan semakin banyak

andri said...

#jiewa
ring back tone memang penghasilan yang besar. Kalau masalah manggung, kebetulan saya hendak fokus membahas penjualan album/lagunya sendiri

#lisan
yup, betul, seperti yang di hard rock cafe jkt

#mardies
betul !

#ancilla
silahkan di backlink.
tentang sinetron, saat ini juga sebagai ajang promosi lagu karena makin susah dan mahalnya menayangkan videoclip di TV, jadi kebanyakan merupakan barter

#totok sugianto
iya tuh mas

Anonymous said...

Market musik Indonesia rasanya merupakan salah satu arena kompetisi yang paling brutal. Crowded. Dan sialnya, banyak yang memiliki segmen yang sama.

Dalam industri global, penjualan CD juga kian menurun -- declining industry. Yang sekarang jadi penguasa justru Apple iTune. Ajaib. Contoh spektakuler tentang "innovation disruption"....

Di Indonesia yang jenius, ya Dhani. Tangan midas. Semua orbitannya sukses. Jamrud mati. SO7 sekarat. Sebentar lagi, Peterpan. ADAband mesti fokus pad segmen perempuan muda aktif -- kalau ndak, akan mati juga.

Anonymous said...

radiohead malah punya metode lain, mas.
lagunya dijual dengan harga yang bisa ditentuin sendiri sama penggemarnya. anggapannya, sih, kalo kita punya karya yang bagus, orang2 pasti ga akan sungkan untuk membayar mahal. masalahnya, orang yang punya apresiasi tingkat tinggi kayak gitu apa ada di endonesa?

Siska said...

hmmm taon 2008 mungkin masih sama dg taon kemaren. mungkin selain pendapatan dari ring back tone, pendapatan dari hasil manggung ataupun tampil di tv-tv bisa 'menghidupi' para musisi disini..

Mita said...

saya ada ide gimana kalo ada situs download legal berbayar per lagu mis rp5000 (kalau satu kaset 30rb per lagu +/- rp3000/lagu kan?) dan pembayarannya pake pulsa telepon masa sih ga bisa??praktis dan logis, menghindari pembajakan. kalo ada yang minat mewujudkan japri saya...:)

Anonymous said...

Kayaknya tahun 2008 masih sama seperti tahun 2007, apalagi persaingan juga ketat.

Anonymous said...

Salah satu sebab masih banyak yg beli CD bajakan karena CD asli susah dapatnya di kota-kota kecil.

tuhu said...

Sekarang orang jarang beli CD atau kaset karena kebanyakan konsumen mendengarkan musik melalui HP atau MP3 player yang lebih praktis. Kalo menurut saya karena orang-orang masa kini makin mobile dan sibuk. Jadi jualan CD dan Kaset memang udah gak jaman, soalnya terlalu besar buat ditenteng kemana-mana.

Anonymous said...

the changing of music industry, sbnrnya pernah terjadi ketika pergeseran dari vinyl ke kaset dan kaset ke CD dan kemudian muncul perubahan dari radio star to video star berkat MTV.

what happened today, konsekuensi dari kemajuan teknologi, tidak ada yang salah, pemain musik makin banyak, musik yang dihasilkan juga banyak dan media untuk memutarkan musik juga semakin bervariasi. tinggal anda penikmat musik memilih.

Saya tidak setuju serta merta menyalahkan pembajakan sehingga penjualan tidak ada yang melebihi angka 1 juta kopi. Sekarang melihat penduduk Indonesia yang jumlahnya sekian kemudian disodorkan dengan musik yang semakin bervariasi lewat media televisi dan radio serta internet jadinya pilihannya semakin melebar. Jika pada masa kejayaan Sheila On 7, Jamrud dan Padi waktu itu pers masih dibatasi ruang geraknya. Penetrasi internet pun terbatas dan menjadi barang super lux. Jadi wajar bila saat itu dalam waktu berbarengan, entah karena gak punya pilihan lain, orang-orang akhirnya beramai-ramai mendengarkan Sheila On 7, Jamrud dan Padi. Dan hasilnya penjualan album mereka baik CD dan kaset menembus angka 1 juta.

Musik gak akan mati, hanya medianya yang berubah. Mungkin anda lebih memilih MP3 dan file digital karena kenyamanan dan portabilitasnya, itu adalah hak anda.

Maret ini rencananya sebuah operator telekomunikasi akan meluncurkan portal musik yang legal. Gak ketinggalan retail chain store CD dan Kaset terbesar di Indonesia juga mulai menjajaki dengan portal musik digitalnya. Semuanya didukung oleh label-label musik di Indonesia. Pertanyaannya, karena original akankah menjadi mahal?

Saya berani jamin untuk starting awal memang harganya lebih mahal dibandingkan beli satu CD. Asumsi saja, jika satu lagu file MP3 berharga Rp. 8rb. Dan CD lokal berharga Rp. 40rb yang berisikan 10 track atau lagu. Maka bisa dibayangkan bagaimana jika ingin beli semua lagu yang ada di album, Rp. 8rb x 10?

Toh, they who sit in music industry pasti sudah memikirkan semuanya. Strategi marketing yang mungkin dikembangkan bisa jadi dengan subscription based. Ini sudah pernah diuji di Korea lewat portal MelOn dan berhasil. Konsumen atau pecinta musik hanya perlu membayar biaya berlangganan dengan harga sekian untuk satu bulan dan bisa download sepuasnya. Sangat menguntungkan buat konsumen.

Lalu bagaimana dengan artis? Artis tentunya tetap dapat bagian dan sudah ada hitung2annya.

Tunggu saja, 2008 jadi tahun yang exciting buat musik..