Jalan tol tidak bisa lepas dari kehidupan orang Jakarta, tiap hari selalu padat oleh kendaraan berbagai tipe. Setiap bepergian, nampaknya jalan tol bukan lagi menjadi jalan alternatif, tapi lebih menjadi pilihan utama. Dari situ muncul pertanyaan menggelitik, perlukah me-marketing-kan jalan tol ?
Jawabannya, untuk saat ini adalah "Tidak !". Marketing muncul apabila konsumen dihadapkan pada pilihan akan produk/jasa, sehingga sebuah produk/jasa perlu melakukan aktifitas marketing agar dipilih oleh konsumen. Jadi marketing lahir akibat kompetisi dengan kompetitor, baik itu direct competitor maupun indirect competitor.
Pada kasus jalan tol ini, konsumen tidak punya pilihan lain selain memakai jalan tol (meskipun tetap macet juga). Lain soal bila indirect competitor dari jalan tol mulai berhasil menarik minat pengendara mobil. Misalnya, karena adanya subway atau busway yang nyaman, maka jumlah pengendara mobil berkurang drastis sehingga jalan tol tidak lagi menjadi bisnis yang menguntungkan. Nah barulah jalan tol perlu di-marketing-kan.
What do you think ?
posted by Andrias Ekoyuono
for Inspirasi dan Studi Kasus Marketing Indonesia
picture taken from here
Me-marketing-kan Jalan Tol ?
Thursday, September 04, 2008Posted by andri at 11:22 AM
blog comments powered by Disqus