J.CO Mulai Beriklan Di Koran

Monday, September 25, 2006

Ada hal baru yang saya lihat di Kompas edisi Sabtu 23 September 2006, disitulah saya pertama kali melihat iklan / newspaper-ad dari J.CO Donuts. Sebagian orang mungkin bertanya-tanya : Bukannya J.Co sudah terkenal dan itu adalah hasil iklan ? Setahu saya sebelum ini J.CO belum pernah memasang iklan di koran atau majalah (apalagi TV ). Tapi J.CO secara cerdik memanfaatkan kegiatan Public Relation (PR) dan word of mouth. Sebagai gerai donat premium pertama yang ada di Indonesia, maka J.CO telah menciptakan pemberitaan luar biasa dengan diferensiasi rasa, harga, dan suasana gerainya, serta antrian calon pembelinya. Hal itu menjadi bahan pemberitaan media yang menjadi bahan PR bagi J.CO. , sehingga J.CO tidak perlu memasang iklan untuk mendapatkan exposure dari media.

Namun, kehadiran Krispy Kreme sebagai kompetitor tentu saja harus merubah cara J.Co dalam melakukan aktifitas marketing communication. Krispy Kreme ( K.K ) memanfaatkan cara berkomunikasi yang sama dengan J.CO, KK memanfaatkan word of mouth dan juga PR, seperti acara pembukaan gerai pertamanya di Pondok Indah yang menciptakan antrian yang luar biasa panjang. Nah, J.CO sebagai market leader dan pemain pertama memang seharusnya mengantisipasi dengan memanfaatkan media komunikasi yang belum dipakai oleh kompetitor. Jadi saya rasa langkah J.CO sudah benar, J.CO harus beriklan sebelum KK beriklan. Karena being first in the mind and the market adalah hal yang cukup penting. Selain itu langkah beriklan juga antisipasi / mem-block langkah kompetitor dalam memanfaatkan media komunikasi.


Selain itu, J.CO juga mulai melebarkan sayap dengan membuka gerai di berbagai kota lain selain Jakarta, yaitu di Bandung, Surabaya, dan Makassar. Selain itu mereka juga akan segera membuka gerai di Bogor, Pekanbaru, Batam, Bali, dan Medan. Sehingga penggunaan media nasional sudah tepat dan sesuai dengan image premium dari J.CO. So, what do you think ?

photo taken from www.jcodonuts.com

posted by Andrias Ekoyuon
o

Baca artikel ini selengkapnya ...

Iklan Nike versi Materazzi

Thursday, September 21, 2006

Masih ingat kasus tandukan Zinedine Zidane ke dada Marco Materazi di final Piala Dunia 20o6 kemarin ? Momentum itu dimanfaatkan oleh Nike dengan membuat iklan versi "Every Athlete has Their Own Secret Weapon" yang menunjukkan kekuatan dada Marco Materazzi yang dihantam bola bowling, pemain American Football, penjebol pintu, bahkan mobil Jeep ! Memang dunia kreatif tidak ada matinya :-) Berikut ini bisa dilihat videonya


Baca artikel ini selengkapnya ...

Corporate Culture dan Cultural Intelligence

Friday, September 15, 2006


Hari Kamis 14 September 2006 kemarin, saya datang di acara seminar di Grand Hyatt Hotel. Seminar itu diselenggarakan oleh UPH yang menjalin kerjasama dengan NUS School of Business. Seminar itu sendiri berlangsung dengan dua pembicara yaitu Dr. AB Susanto (Jakarta Consulting Group) dan Prof. Christopher Earley (Dean, NUS School of Business).

Dr. AB Susanto memberikan tema "Becoming A World-Class Company Through Strong Corporate Culture". Disitu dijelaskan bahwa World Class Company (WCC) secara organisasi memiliki superior business performance dan dapat survive and grow. Untuk menjadi WCC ini tidak harus memiliki organisasi yang besar dan karyawan yang banyak, namun WCC adalah perusahaan yang bisa memanfaatkan 3C assets (Concepts, Competence, and Connections). Untuk menjadi WCC diperlukan syarat-syarat yaitu : financial, well developed HR, technology utilization, business network, dan strategic information. Namun syarat-syarat itu harus ditumbuhkan di lahan yang subur yang berupa good corporate culture.

Sementara pembicara yang kedua adalah Prof. Christopher Earley, berbicara tentang "Cultural Intelligence". Prof Earley menyampaikan materi tersebut dengan menarik dan komunikatif, Prof Earley ini pulalah yang bersama Elaine Mosakowski menulis tentang Cultural Intelligence di Harvard Business Review edisi Oktober 2004. Pada dasarnya Cultural Intelligence adalah kemampuan seseorang untuk beradaptasi dengan budaya baru. Kemampuan beradaptasi bukan berarti seseorang mesti bertingkah laku seperti orang asli negara teresebut, tapi kemampuan dia untuk bertingkah laku seperti apa yang orang asli negara tersebut harapkan. Cultural Intelligence memiliki tiga bagian yaitu The Head, The Heart, dan The Body.
  • The Head adalah "Thinking" --> Do I understand what is happening and can I figure out how toleran about new cultures ?
  • The Heart adalah "Energizing" --> Am I motivated to act ?
  • The Body adalah "Acting" --> Can I respond appropriately and effectively ?
Dari paparan dua pembicara tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor culture juga berpengaruh penting bagi suksesnya perusahaan maupun individu

posted by Andrias Ekoyuono ( andri )

Baca artikel ini selengkapnya ...